Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

5 Alasan Naik Pesawat Tidak Boleh Telat

14 Mei 2017   17:14 Diperbarui: 14 Mei 2017   21:30 2909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kita membaca berita tentang komplain penumpang saat proses menaiki pesawat. Mulai komplain saat check in, memasukan bagasi, bahkan saat boarding. Tidak sedikit pula ada yang komplain karena merasa masih punya waktu untuk mengejar masuk pesawat karena masih ada waktu 5 menit misalnya. Pertanyaannya, apakah memang harus sedemikian ketatnya maskapai penerbangan atas prosedur keberangkatan?

Sebagai seorang traveller saya pikir ada baiknya kita pun perlu tahu proses atau prosedur sebelum keberangkatan sebuah pesawat terbang. Dengan begitu kita bisa paham kenapa penumpang harus boarding beberapa menit sebelum pintu pesawat ditutup dan kita sebaiknya berada di boarding room 30 menit sebelum masuk pesawat. Nah.. apa saja alasannya?

1. Ribetnya Urusan Bagasi ;

Urusan bagasi ini seringkali dianggap remeh oleh penumpang. Bayangan mereka memasukkan koper-koper ke pesawat ini seperti memasukannya ke bagasi mobil atau bus saja. Kita lupa bahwa pesawat itu mampu terbang karena urusannya dengan bobot. Semua bagasi penumpang harus ditimbang sebelum masuk ke perut pesawat. Orang yang bertanggung jawab mengatur dan memasukkan bagasi ini disebut load master. Dia harus menata dan menghitung total berat bagasi dan meletakkan sesuai dengan aturan titik berat pesawat (center of gravity). Jadi setelah semua koper-koper masuk perut pesawat dan ditata ia harus melaporkan hasil penataannya tersebut ke pilot. Sehingga pilot tahu titik berat pesawat ini lebih berat ke depan atau ke belakang (ini berpengaruh untuk kendali take off dan landing). Setelah pilot menerima laporan dari load master maka pilot harus tanda tangan. Setelah itu pintu bagasi pesawat boleh ditutup. Namun apa yang terjadi jika ada penumpang telat dan ia membawa bagasi? Maka si load master harus mengeluarkan lagi bagasi tadi untuk kemudian ditata dan dihitung ulang, lalu minta tanda tangan pilot lagi. Sudah pasti ini akan memakan waktu yang cukup lama bukan?

2. Pengkondisian Tekanan Udara ;

Pernahkah kalian memperhatikan saat kita masuk cabin pesawat, di bagian atas berhembus asap dingin yang banyak dari kita berfikir itu adalah hembusan AC? Ternyata hembusan itu hanya terjadi sebelum pintu pesawat ditutup. Fungsi dari hembusan itu adalah untuk pengatur penyesuaian tekanan udara di dalam cabin dengan di luar pesawat. Ini terjadi di pesawat generasi baru di mana pengaturan tekanan udara di dalam cabin pesawat dilakukan dengan komputer, sehingga saat kita take off  kita sedikit sekali mengalami sakit telinga atau budek. Karena sejak pesawat taxiing (berjalan pelan menuju runway) pun tekanan udara di dalam cabin sudah disesuaikan sama dengan tekanan udara pada ketinggian 10 meter nanti. Jadi saat pesawat take off telinga kita sudah beradaptasi dengan ketinggian 10 meter lebih tinggi lagi. Namun hal ini bisa tidak terjadi dengan mulus jika pesawat kita harus take off di saat hujan atau awan gelap. Karena si pilot terpaksa harus climbing (take off menanjak) dengan curam. Hal ini mengakibatkan fase penyesuaian tekanan tadi gak mulus. Kecuali si pilot melakukan fase adaptasi tekanan tadi dengan cara manual. Proses penyesuaian tekanan di dalam cabin ini tentu butuh waktu yaitu saat flight attendant mulai diizinkan menutup pintu pesawat. Begitu pun saat mau membuka pintu cabin pun harus menunggu izin dari pilot bukan?

________________________________________________________

Tulisan ini diambil dari blog travel saya geospotter.org

________________________________________________________

3. Kebijakan Pilot ;

Dari kedua poin di atas, semua otorisasinya ada di tangan pilot atau captain, bukan co-pilot. Misalnya semua bagasi sudah masuk lalu kita terlambat, biasanya ground crew (petugas darat) akan laporan ke pilot apakah penumpang ini diizinkan atau tidak untuk boarding? Jika kita tidak bawa bagasi, masih muda, dan bisa lari, biasanya pilot mau kasih izin. Tapi ini sungguh merupakan kebijaksanaan pilot. Beda pilot jelas beda kebijakan, termasuk beda maskapai akan beda pula kebijakan dan aturan dalam menunggu penumpang yang telat ini. Jadi jangan merasa kalau naik maskapai A kamu bisa terlambat dan dapat toleransi ditunggu maka di maskapai B kamu akan mendapat perlakuan yang sama. Nah lantas bagaimana kita bisa tahu mana pilot mana co-pilot? Umumnya sih sosok yang terlihat lebih tua itu adalah pilot (captain) yang muda co-pilot. Atau dari tempat duduknya di cockpit, pilot itu duduk di sebelah kiri sementara co-pilot duduk di sebelah kanan.

4. Giliran Antrian ;

Setiap pesawat yang akan take off semua akan minta izin ke ATC (air traffic control) atau menara pengatur lalu-lintas udara. Pernahkah kalian memperhatian ada lampu berwarna merah di bawah perut pesawat yang nyala berkedip? Jika lampu itu sudah menyala dan berkedip maka artinya si pesawat sudah mendapatkan clearance untuk taxiing, atau izin masuk giliran antri terbang. Lampu berkedip itu artinya si pesawat sudah connect dengan radar ATC. Jika si pesawat sudah mendapatkan izin untuk masuk antrian dan ada penumpang yang telat? Kemungkinan si pilot pun akan mengambil keputusan untuk meninggalkan si penumpang.

5. Kebijakan Maskapai ;

Ada yang bilang, jika naik maskapai A lebih santai dibanding dengan maskapai B, atau saat naik pesawat maskapai A boleh menyalakan smartphone asal flight mode, sementara saat naik pesawat maskapai B tetap dipaksa harus dimatikan. Mana yang benar ini? Ternyata setiap maskapai itu diberikan kewenangan dalam melakukan prosedur sebelum berangkat. Termasuk prosedur menunggu penumpang yang terlambat. Secara aturan global memang ada namun demikian aturan berikutnya memang dibolehkan setiap maskapai melakukan penyesuaian. Namun demikian untuk aturan yang sifatnya mandatori (misalnya safety) tentunya akan dipatuhi oleh semua maskapai.

Nah, semoga dengan tahu hal-hal barusan kita jadi lebih paham dan lebih jaga-jaga dalam mengatur waktu saat kita berangkat menuju bandara. Baik itu demi waktu check in, masuk gate, dan boarding. Males kan kalau kita harus lari-larian dan terburu-buru masuk gate dan boarding? Jangan lupa juga ceritakan ini kepada anak Anda, keponakan, atau teman kecil kalian, selain agar mereka jadi paham juga agar mereka jadi lebih tertarik dengan dunia penerbangan 🙂 Selamat terbang.. !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun