Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Masalah Penerbangan Indonesia Yang Terlupakan: Pengelola Bandara!

6 Juli 2015   06:16 Diperbarui: 6 Juli 2015   06:16 2770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebentar lagi kita akan memasuki babak Masyarakat Ekonomi Asean, di mana salah satu agendanya adalah Open Sky Regulation, yaitu dibukanya akses penerbangan domestik negara-negara Asia Tenggara untuk boleh saling membangun jalur penerbangan. Respon ini jelas disambut baik oleh para pengelola maskapai penerbangan di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Rasa percaya diri sudah ditunjukkan oleh banyak maskapai berbendera "merah putih" ini dengan antusias dan siap bersaing. Namun kekhawatiran dari mereka adalah lebih kepada kesiapan dari pihak pengelola bandara tadi. Bagaimana pun, SDM pengelola bandara harus lebih jauh ditingkatkan. Mulai dari cleaning service, dan seterusnya hingga satpam bandara.

Bagaimana mungkin Bandara Soetta - bandara nomor satu di Indonesia bisa gagal mengatasi sebuah kebakaran kecil, yang bisa berakibat fatal terhadap kelistrikan bandara dan berdampak pada jadwal penerbangan? Yang kemudian akibat kekacauan jadwal keberangkatan dari Soetta lantas berdampak pada jadwal kedatangan di bandara-bandara lain di Indonesia? Apakah ini bukan sebuah kekacauan paling sepele? Bagaimana jika kejadian ini terjadi dalam skala yang lebih besar? ancaman teroris misalnya? Apa iya petugas-petugas bandara kita sanggup menghadapinya?

Saya pikir, kepedulian kita terhadap dunia penerbangan Indonesia tidak boleh lagi luput dari pengelolaan bandara. Kita harus bisa lebih kritis dan menyampaikan masukan-masukan kebaikan atas kinerja dan fasilitas bandara. Penyediaan dan pengaturan taksi? taksi dan calo? alur penumpang? alur jemput? pintu pemjemputan kedatangan? sign system? toilet? klinik? dan seterusnya. Saya membayangkan mustinya untuk pengelolaan bandara seperti itu, pihak pengelola bandara bisa mencontek pengelola mal di Jakarta saja. Itu sudah bisa jadi referensi yang ideal. Jangan bilang alasan dana.. airport tax yang kami bayarkan sudah tidak murah lagi toh?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun