[caption id="attachment_369342" align="aligncenter" width="490" caption="Polisi: Melindungi dan Melayani Masyarkat"][/caption]
Melihat di media massa, polisi bersujud syukur dan bergembira atas "kemenangan" pada keputusan pengadilan Jakarta Selatan untuk perseteruan cakapolri Budi Gunawan versus KPK, adalah sebuah pemandangan yang membuat saya mengerenyitkan dahi seharian.
Saya bukan tidak terima atas keputusan hakim Sarpin, bagi saya ini bukan masalah menang atau kalah. Bagi saya, perseteruan ini bukan perseteruan antara POLISI versus KPK. Bukan sama sekali. Apalagi perseteruan antara Budi Gunawan dengan Abraham Samad. Sungguh absurd dan tidak masuk akal jika ada yang berfikiran demikian.
Polisi dan KPK adalah dua lembaga negara yang sepenuhnya dibutuhkan oleh masyarakat dan bangsa ini. Polisi merupakan alat bagi jalan dan terjaganya ketertiban dan keamanan kehidupan bermasyarakat, lewat perangkat dan jalur hukum. Sementara KPK, Â merupakan satu-satunya alat negara yang berfungsi menyelamatkan negeri ini dari kejahatan pencurian uang negara lewat cara-cara yang mengerikan. Mengapa saya bilang mengerikan? Karena kejahatan ini dilakukan dalam bentuk yang baik-baik, manis, indah, bahkan seringkali agamis.
Maka, sungguh aneh bukan? Jika dalam banyak media terpampang bagaimana segerombolan pasukan polisi yang sedang berjaga-jaga di depan kantor pengadilan, seketika melakuan sujud syukur dan berjingkrak gembira saat pengadilan "memenangkan" cakapolri BG? Bukankah seharusnya mereka tidak perlu memihak? Apa alasan yang ada di kepala prajurit-prajurit polisi itu ya? Apakah pengadilan ini merupakan pertarungan antara lembaga Polisi dengan KPK? atau apa? Ada apa dengan polisi?
Hampir banyak dari kita pun sudah terjebak dalam persepsi yang salah. Yaitu atas rasa kekecewaan yang besar maka kita sering berfikir untuk membangun satu pilar baru dari 3 pilar Trias Politica yang sudah ada, yaitu pilar KPK. Ini jelas salah dan sesat. Mengapa? Ya.. karena bagaimanapun kusut, busuk, dan amburadulnya para Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif di negeri ini, tidak bisa serta merta kita memusuhi ketiganya tadi dengan cara membangun satu pilar baru. Seyogyanya KPK - sebagai penjaga pertahanan melawan korupsi berada di bawah ketiga pilar tadi kokoh sebagai pondasi dasar. Sebagai lembaga penjaga nilai-nilai, seharusnya "penghuni" pilar Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif pun wajib ikut menjaga kekuatan pilarnya tersebut dengan meletakkan nilai-nilai dan norma dalam KPK sebagai pondasinya. Padahal semangat tersebut pada awalnya sudah ditunjukan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Eksekutif yaitu berinisiatif mengajak KPK saat memilih calon menteri dalam kabinet kerjanya. Lalu, kenapa saat memilih calon Kapolri tidak melakukan hal yang sama? Entahlah..
KPK, adalah satu-satunya lembaga yang lahir dan dibangun sebagai anak kandung Reformasi. Yang sejak awal didirikan memang bertugas menjaga uang negara dari kegatelan, ketamakan, dan kerakusan pejabat. Dalam perjalanannya, jelas lembaga ini akan terus menjadi musuh bebuyutan para koruptor dan calon koruptor. KPK adalah sebuah lembaga, yang memang sejak awal dibangun dengan sistem dan aturan yang sangat ketat untuk menghindari kepentingan-kepentingan di dalamnya. KPK bukanlah lembaga anti-hukum yang dihuni oleh para malaikat. Ia hanya lembaga yang berkomit untuk menjaga kebenaran hukum dalam melawan korupsi. Demikian pun halnya dengan lembaga kesatuan Polisi Republik Indonesia.
Kini dengan kejadian "sujud syukur dan jingkrak kegembiraan" tadi, Â justru malah membuat kita sebagai masyarakat yang menanti ujung dari perseteruan ini jadi berfikir kenapa polisi malah berpihak? Apakah karena BG adalah bos polisi maka sebagai prajurit ikut senang saat bos-nya menang? Jika memang demikian pun saya pikir masih sangat tidak etis tahan-tahan dirilah, apalagi para polisi-polisi tadi berada di lokasi pengadilan bukan sedang memberikan dukungan moril kepada bos-nya, melainkan sedang dalam tugas berjaga-jaga bukan? Lantas siapa yang harus memberikan dukungan moril kepada masyarakat di seluruh pelosok negeri ini? Dukungan moril bahwa perlawanan atas kejahatan korupsi di negeri ini masih ada!
Iya, masih ada kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H