Mohon tunggu...
Alex Mota
Alex Mota Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ketika mulut dibelenggu , biarkan jari-jari menari untuk sebuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibuku Tetap Ibuku

21 Desember 2011   20:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ibuu…. Kulihat ibuku terkulai tak berdaya dalam sebuah ranjang di sebuah rumah sakit yang tidak begitu terkenal, Air mataku tak bisa lagi kutahan melihat ibuku yang biasanya selalu tersenyum, aku selalu berdoa semoga ibuku bisa cepat sembuh….

Air mata ini selalu mengalir setiap aku mengingat bagaimana ibuku menyayangi aku…

Di sebuah kontrakan yang sempit, aku hidup berdua bersama ibuku, “Farid.. kamu hari tidak sekolah nak? “Tanya ibuku saat pagi jam sudah menunjukan jam setengah tujuh tapi aku belum mengenakan seragam sekolah ku.

“Engga bu, hari ini aku mau ikut bang Ali aja jualan Koran”

“Loh ko malah jualan Koran?”tanya ibuku heran

“Iya bu, aku mau jualan Koran saja, biar bisa mencari uang, biar ibu ga usah bekerja lagi” jawabku sambil kurapikan alas tikar tempat aku tidur semalam.

“Rid.. pokonya kamuharus tetep sekolah, biar urusan mencari uang jadi urusan ibu” Jawab ibuku tegas

“Tapi bu” aku mencoba menolak dengan sopan.

“Sudah kau pakai seragam mu sana, nanti kesiangan”

“Engga bu, pokonya aku ga mau sekolah, aku mau bekerja saja” Aku tetep kekeh dengan pendirianku.

“Rid… ibu ga suka kamu ngeyel begitu, cepat pakai seragamu!” Nada ibuku mulai menaik

Namun tak kuruti perintah ibuku, aku malah berjalan ke pintu depan.

“Farid, kamu ga nurut sama ibu” kali ini ibuku benar-benar tak kuasa lagi menahan kesabarannya.

“Aku ga mau ibu bekerja lagi, biar aku yang bekerja” jawabku.

“Kamu masih SMP mau kerja apa?jualan Koran, kalo kamu ga sekolah mau jadi apa kamu”

“Pokonya aku mau bekerja” jawabku tetap pada pendirianku.

“Kamu kenapa sih Rid, bilang sama ibu?”suara ibuku mulai melembut.

“Aku malu bu”

“Malu kenapa?”

“aku malu dengan ejekan teman-temanku, para tetangga, orang-orang selalu bilang ini itu tentang ibu, pokonya aku mau bekerja, biar ibu ga usah bekerja malam-malam lagi”

“Memangnya apa yang mereka katakana tentang ibu?”

Aku tak bisa menjawab perkataan ibuku, aku selalu sedih menerima hinaan orang-orang yang mengatakan ibuku seorang pekerja malam,p*****r dan sebagainya, aku hanya bisa diam.

Perlahan ibuku kini terduduk, air matanya mengalir dari kelopak matanya.

“Rid.. apa kamu malu punya ibu seperti ini?ibu memang tak punya keahlian apa-apa, sungguh ibu telah berdpsa samakamu ridz yang telah melahirkan kamu kedunia, andai saja dulu ibu tidak tergoda rayuan gombal si Farmin tukang ojek beresk itu, mungkin kamu ga akan lahir dengan penuh kesengsaraan, Farming a mau bertanggung jawab, bahkan ibumu ini diusir dari rumah, ingin rasanya kugugurkan kandungan ibu saat itu, tapi ibu ga mau membunuh janin yang tak berdosa ini, sampai ibu bertemu dengan tente Nela, yang baik hati mengajak ibu ke Jakarta dan mau membiayai biaya melahirkan, tapi ini rid, dunia ini memang kejam, ibu selamat dari satu lobang namun masuk ke lubang hitam yang penuh dengan dosa”Ibu tak kuasa menangis…

Kulihat kesedihan yang begitu mendalam, sungguh aku tak tau harus berbuat apa, aku hanya berlari keluar dari rumah ingin rasanya berteriak………………….

Malamnya kudengar kabar bahwa ibuku mengalami kecelakaan, malam itu ibu ditabrak lari oleh sebuah mobil…….. dan kini kulihat ibu terbaring tak berdaya, Au berdoa pada tuhan…… semoga ibuku bisa selamat, sehingga aku bisa kembali melihat tawanya, candanya, dan teriakan-teriakan saat aku ngeyel. Tapi yang paling utama adalah aku ingin meminta maap pada ibuku, tak bisakubayangkan jika aku harus kehilngan candamu, tawamu, nasehatmu….maapkan aku ibu… Aku memang tak tahu diri, siang malam ibu banting tulang untuk ku, dia perjuangkan hidupnya untuk ku… tapi ini balasanku….. IBu bagaimanapun, rupamu, keadaanmu, pekerjaanmu, kamu tetap ibuku dan aku akkan selalu menyayangimu, doaku untuk ibu…….. maapkan aku………

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun