Perekonomian Indonesia membutuhkan pembangunan pusat transformasi digital, penggunaan sistem teknologi terbarukan, reformasi domestik melalui deregulasi dan menurunkan biaya dalam berbisnis, memperbaiki peringkat ease of doing business yang sekarang pada peringkat ke-73 dunia, serta menyediakan market-friendly policies in place.Â
Untuk meningkatkan Prompt Manufacturing Index (PMI) atau adanya trend positif pada indeks ekspansi kedepannya, dibutuhkan peningkatan efisiensi pada input dan output, inventori, perkerja, serta adanya dukungan logistik yang baik, speed of supplier delivery time.Â
Selama tahun 2017 sd 2019, indeks pekerja masih banyak mengalami kontraksi, bahkan pada tahun 2020 di kuartal pertama, indeksnya akan mencapai  48,75% (di bawah pembatasnya) . Di samping itu, speed of supplier delivery time masih banyak mengalami kontraksi juga dan di kuartal pertama tahun ini, indeksnya akan mencapai 49,14% (di bawah pembatasnya). Ada dua subsektor industri pengolahan yang menjadi pusat perhatian untuk diperbaiki dengan segera, yaitu barang kayu & hasil hutan lainnya, serta alat angkut, mesin & peralatannya. Â
Jika selama tahun 2020 sd 2024 arah perekonomian Indonesia adalah memprioritaskan perbaikan pada pasar domestik, yaitu dengan perbaikan sisi supply dan meningkatkan efektifitas kebijakan fiskal untuk program bantuan sosial [1,2], maka diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 dan kedepannya akan mencapai minimal 7% per tahun.
Dr. Moses Simanjuntak, An Economist and A StatisticianÂ
Email: masconsultant@live.com
Youtube: Dr. Moses Simanjuntak, youtube.com
[1] Dampak Perang Dagang dan Virus Corona terhadap Perekonomian Global dan Domestik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H