Indonesia merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Indonesia sendiri adalah negara berkembang yang perekonomiannya cukup terkenal di dunia, dan telah menjadi negara berpenghasilan menengah & anggota G-20, hingga Indonesia tergolong ke dalam negara industri baru. Namun, seperti negara-negara lain di dunia, Indonesia juga menghadapi tantangan dalam menjaga kestabilan kondisi keuangannya, terutama pasca pandemi Covid-19 yang menggemparkan seluruh dunia hingga menimbulkan kekacauan dimana-mana.Â
Dengan demikian, artikel ini akan membahas kondisi keuangan Indonesia, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan tindakan yang dapat diambil untuk memperbaiki keadaan keuangan negara.Â
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir menunjukkan performa yang baik. Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02%, sedangkan pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar -2,07% karena adanya pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Tak hanya itu, pandemi Covid-19 juga menyebabkan dampak besar pada sektor rumah tangga. Dr. R. Stevanus C. Handoko S.Kom., MM anggota DPRD DIY yang juga menjadi pengamat kebijakan publik dan pelaku bisnis, menyampaikan minimal ada 5 dampak besar pandemi Covid-19 bagi perekonomian nasional.Â
Dampak yang pertama yang sangat terasa dan mudah sekali dilihat adalah melemahnya konsumsi rumah tangga atau melemahnya daya beli masyarakat secara luas. Hingga semasa pandemi, masyarakat mengalami penurunan daya beli yang sangat signifikan. PPKM yang terus berlanjut dengan berbagai aturan pengetatan menghambat masyarakat untuk beraktifitas ekonomi. Menurut data dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Tidak hanya konsumsi, investasi juga mengalami penurunan dari 3,25 persen menjadi 1,94 persen.Â
Penurunan ini mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Penurunan investasi lebih besar atas pengaruh berkurangnya lapangan kerja. Aktivitas perdagangan yaitu ekspor dan impor dengan pihak luar negeri juga mengalami penurunan dari -0,87 persen menjadi -7,70 persen pada ekspor dan -7,69 persen menjadi -17,71 persen pada impor. Meskipun ekspor dan impor terjadi penurunan yang drastis mempengaruhi nilai dari ekspor neto pada saat kontraksi perekonomian.
Namun, pada kuartal pertama tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7,07%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti adanya pengaruh dari kegiatan impor-ekspor, investasi, konsumsi, dan berbagai proyek yang dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan yang bekerjasama untuk menunjang perekonomian di Indonesia seperti proyek pembangkit listrik dan jalan tol, yang telah menjadi faktor penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.Â
Konsumsi domestik juga menjadi faktor penting, mengingat Indonesia memiliki populasi yang besar dan semakin meningkatnya tingkat urbanisasi. Walaupun kondisi keuangan di Indonesia tersebut membaik, masih saja terdapat beberapa rintangan yang harus dilalui untuk mengembalikan kembali perekonomian Indonesia ke dalam kondisi normal.Â
Pajak dan Defisit Anggaran
Defisit APBN terjadi karena nominal belanja negara lebih tinggi daripada pendapatannya. Hingga Oktober 2022, belanja tercatat mencapai Rp2.351,1 triliun dan pendapatan ada di Rp2.181,6 triliun, sehingga terpaut selisih Rp169,5 triliun atau setara dengan 0,91 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Utang Negara
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2022 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir November 2022 tercatat sebesar 392,6 miliar dolar AS.
-
Ketergantungan Terhadap Ekspor
Hambatan yang didapatkan oleh Indonesia terhadap aktivitas ekspor adalah dimana terdapat tarik yang dikenakan dikarenakan tidak adanya perjanjian atau kerjasama perdagangan. Tak hanya itu, lemahnya industri manufaktur juga menjadi salah satu penyebab, karena nilai ekspor barang manufaktur Indonesia masih lemah yang mengakibatkan tertinggalnya ekspor Indonesia.
Dari masalah diatas, solusi yang dapat diberikan adalah untuk mendorong investasi serta memperkuat sektor pariwisata. Pemerintah dapat membantu untuk memberikan insentif yang menarik dan membuat lingkungan bisnis yang lebih mudah dan ramah bagi para investor asing maupun dalam negeri. Ini akan membantu meningkatkan produksi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan nasional. Tak hanya itu, memperkuat sektor pariwisata dapat membantu untuk meningkatkan devisa negara serta memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.Â
Sehingga, kesimpulan yang dapat didapatkan adalah bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara dengan perekonomian yang kuat dan stabil. Namun, untuk mencapai hal tersebut, Indonesia masih perlu menghadapi berbagai tantangan dan kompleksitas dalam mengelola perekonomiannya. Dengan adanya masalah-masalah di atas, rintangan yang dihadapi oleh Indonesia masihlah banyak sehingga warga negara Indonesia harus menunjukan kreativitasnya untuk menunjang perekonomian dan generasi kedepannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H