Pisang merupakan tanaman asli Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hal ini dikarenakan sering dijumpainya berbagai jenis pisang di hutan asli pulau-pulau yang ada di seluruh Indonesia. Tanaman pisang tumbuh subur di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun tanaman budidaya. Tidak heran produksi buah pisang di Indonesia mencapai 5.037.472 ton setiap tahun. Besarnya produksi tersebut belum termasuk laporan verifikasi dalam bentuk konsumsi secara maksimal. Buah pisang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia, karena  enak dan bergizi tinggi,  juga memiliki khasiat sebagai obat.
Salah satu contoh jenis pisang, yaitu pisang kepok. Pisang kepok merupakan jenis pisang olahan, karena paling banyak penyebarannya dan sering di manfaatkan untuk diolah menjadi berbagai produk, mulai dari camilan sampai makanan ringan yang awet. Pisang kepok memiliki beberapa kandungan gizi yaitu kandungan nutrien dengan kandungan energi 268 (kkal), protein 4,3 (gr), karbohidrat 58,1 (gr), lemak 12,6 (gr), serta unsur mineral yang diperlukan dalam bahan makanan, yaitu kalsium dan kalium untuk penguatan tulang, dan gigi. Namun sangat disayangkan hasil panen buah pisang yang melimpah belum dapat diolah secara maksimal, sehingga banyak buah pisang yang terbuang sia-sia karena mengalami pembusukan. Padahal banyak bagian dari tubuh tanaman pisang yang bermanfaat, tapi pemanfaatannya belum optimal, termasuk limbahnya seperti kulit buah pisang. Limbah kulit pisang dapat digunakan untuk memutihkan gigi, menghilangkan mata panda, dan biasanya masyarakat hanya memanfaatkannya sebagai pakan ternak. Bahkan sering masyarakat membuangnya begitu saja di tempat sampah tanpa ada pengolahan lebih lanjut, sehingga lama-kelamaan akan memberikan efek bau yang kurang sedap pada lingkungan.
Secara ilmiah kulit pisang mengandung unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman. Unsur hara sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang tanaman. Karena unsur hara merupakan senyawa organik atau yang biasa di sebut juga nutrisi yang terkandung dalam tanah. Unsur hara yang didapatkan secara alamiah dan sangat berlimpah, yaitu karbon (C), oksigen (O), hidrogen (H) yang merupakan unsur hara mutlak atau pokok bagi tanaman sebagai bahan utama dan dominan penyusun tubuh tanaman. Sebab tanpa ketiga unsur tersebut tanaman tidak mungkin bisa hidup. Selain ketiganya terdapat pula nitrogen (N), sulfur (S), kalsium (Ca), fosfat (P), kalium (K), magnesium (Mg) dan mineral-mineral mikro. Tersedia juga di alam dari pelapukan sisa-sisa mahluk hidup yang telah terurai serta dari mineral tanah misalnya sisa material vulkanik. Tetapi ketersediaan unsur-unsur ini relatif terbatas. Sehingga limbah kulit pisang dapat menjadi alternatif sumber unsur hara bagi tumbuhan.
Limbah kulit pisang mengandung unsur hara salah satunya yaitu unsur nitrogen. Nitrogen merupakan unsur penyusun yang penting dalam sintesa protein. Peranan utamanya bagi tanaman, yaitu untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya pada batang, cabang, dan daun. Selain itu nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses lainnya. Fungsi lainnya adalah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Selain itu limbah kulit pisang juga mengandung unsur P, K, Ca, Mg, Na, Zn yang masing-masing unsurnya berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman. Karena limbah kulit pisang banyak mengandung unsur hara, maka perlu pengoptimalan pemanfaatan limbah kulit pisang dengan cara mengolahnya menjadi pupuk organik cair. Pupuk organik cair dari limbah kulit pisang ini diolah dengan bioaktivator EM-4 yang mengandung unsur N sebanyak 0,17%, kandungan P sebanyak 106,53 ppm, kandungan K sebanyak 1686,60ppm. Pembuatan pupuk cair ini dapat dipercepat dengan menambahkan bahan aktivaktor seperti Effective Microorganism 4 (EM4). EM4 merupakan bioaktivator yang dapat membantu proses fermentasi dalam pembuatan pupuk dan mengandung mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi.
Adapun cara mengolah limbah kulit pisang menjadi pupuk organik cair sebagai berikut:Â
Siapkan alat dan bahan, alatnya yaitu blender, pisau, timbangan, pengaduk, sedangkan bahan yang digunakan, yaitu 5 kg limbah kulit pisang, bakteri EM-4 sebanyak 125 ml, 125 g gula pasir, toples plastik, 5 liter air. Selanjutnya cara pembuatannya, Pertama-tama limbah kulit pisang ditimbang sebanyak 5 kg, kemudian dipotong kecil-kecil dan diblender sampai halus. Selanjutnya Bakteri EM-4 sebanyak 125 mL dan 125 g gula pasir  dilarutkan dalam toples plastik yang berisi 5 liter air dan diaduk hingga rata. Kulit pisang yang telah halus kemudian dimasukkan  ke dalam toples plastik yang berisi cairan bakteri EM-4, gula, dan aduk campuran sampai rata kemudian tutup toples dengan rapat. Fermentasi dilakukan selama 8 hari. Pupuk organik cair hasil dari fermentasi selama 8 hari diaduk lalu disaring kemudian dimasukkan ke dalam 7 botol aqua berukuran 1500 mL masing-masing sebanyak 1000 mL.
Pupuk organik cair memiliki beberapa kelebihan, yaitu pengaplikasiannya tergolong sangat mudah, karena unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair mudah diserap tanaman, serta penerapannya mudah di pertanian yakni cukup disemprotkan pada tanaman. Pupuk organik cair dari limbah kulit pisang ini sangat cocok penerapannya pada tanaman sawi, karena tanaman sawi merupakan tanaman yang membutuhkan unsur N, P, dan K.
 Menurut penelitian diatas, pupuk organik cair kulit pisang kepok tidak dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah daun tanaman sawi caisim. Dikarenakan jumlah daun pada perlakuan kontrol yang hanya diberi perlakuan air jauh lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa ketersedian nutrien di dalam tanah tersebut sudah cukup untuk kebutuhan tanaman sawi caisim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H