Mohon tunggu...
MoRis HK
MoRis HK Mohon Tunggu... lainnya -

Buruh migrant. \r\nBercerita tentang Hong Kong dan hidup sehari-hari di Hong Kong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi dan Media Hong Kong

11 September 2014   19:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:59 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rasanya tepat mengatakan bahwa Jokowi tidak perlu mendeklaraikan diri sebagai singa Asia. Apalagi kalau alasannya hanya untuk membuat takut lawan. Ditakuti tidak membuahkan apa-apa, tetapi dihormati dan menjadi sosok inpisratif akan lebih berguna.

Sudah jamak diketahui bahwa Jokowi adalah Media Darling. Sosok yang memiliki magnet yang begitu kuat untuk menarik para pencari warta. Dia tidak perlu mengundang para wartawan untuk datang meliput, karena mereka akan datang dengan sendirinya.

Dia dan apa yang dilakukannya sudah sangat menarik para pewarta, baik media cetak atau elektronik. Tidak terkecuali media-media di Hong Kong, yang 'dikontrol' pemerintah. Mereka sangat berminat mengabarkan perkembangan berita mengenai Jokowi. Mulai dari saat menjabat gubernur, berkampanye untuk pilpres, hingga masa setelah penetapan oleh MK.

Pemberitaan mengenai sosok Jokowi sepertinya tidak pernah habis. Misalnya yang dilakukan oleh South China Morning Post (SCMP). Bahkan pemberitaannya bukan dalam kolom kecil, tetapi satu halaman penuh. Sebagai contoh adalah pemberitaan mengenai Jokowi pada tanggal 10 September 2014. Di sana beliau  diulas dan disejajarkan dengan pemimpin-pemimpin besar Asia saat ini.

Topik utama bahasannya adalah soal ketokohan para pemimpin tersebut dan politik dinasti. Rupanya politik dinasti di Asia timur cukup marak. Nama besar keluarga kerap menjadi modal dasar untuk berkiprah dalam dunia politik. Di sini Jokowi dilihat sebagai pengecualian.

SCMP membandingkan Jokowi dengan pemimpin China, Korea Selatan, dan Malaysia. Pemimpin China saat ini, Xi Jinping adalah putra  Xi Zhongxun. Salah satu tokoh yang membangun Cihna menjadi china modern. Pemimpin Korea Selatan saat ini, Park Guen-hye adalah putri dari Park Chung-hee, mantan presiden dan panglima perang. Perdana Mentri Malaysia sekarang, Najib Razak adalah putra dari perdana mendtri kedua Malaysia.

Mereka membandingkannya dengan Jokowi yang hanya mantan pengusaha mebel, yang lahir di bantaran sungai, yang bukan siapa-siapa. Mereka juga membandingkan dengan Prabowo, mantan rival, yang adalah mantan menantu presiden kedua Indonesia, dan putra begawan ekonomi Indonesia.

Politik dinasti adalah hal biasa di Asia, demikian salah satu kesimpulan dari catatan SCMP. Tetapi Jokowi adalah pengecualian. Dia bisa menjadi sosok panutan. Dia bisa menjadi inspirator bagi banyak anak-anak untuk berani menjadi seorang pemimpin, tokoh besar di negaranya. Karena ternyata seseorang bisa menjadi tokoh besar meski bukan dari keluarga ternama/berada/penguasa.

Jokowi tidak perlu menjadi macan untuk ditakuti di Asia. Dia sudah menjadi sosok yang penuh inspirasi bagi banyak orang, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga Asia.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun