Lelaki itu datang menghampiriku seperti jam beker yang kedau.
Mencuri segenggam logam di pupilku.Â
Mencuci diskusi moneter di pundakku.
Mencaci jam makan malam di pelipisku.
Lelaki itu terbuat dari laporan-laporan bank yang menjadi api di punggungku.Â
Bank waktu yang telah berwarna kesedihan di kotamu, Tuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!