Edie, kamu temanku. Karena bau badanmu seperti Magnolia dari ranting yang pernah terbakar. Tubuhmu pun pincang diselimuti kain sutra yang kubelikan setiap tanggal 29 Februari. Bukan ulang tahunmu, tapi hadiah karena kamu rajin membersihkan daun kering di atas kepalamu. Teman yang dibesarkan dari kibasan rambut tidak punya kepala.
Kita pernah bergeming tentang dunia yang menodong pistol di kepalamu, tapi hanya sekedar cipratan air dari laut merah yang amarahnya pernah berujung sampai kematian. Kita pun selalu bergumam tentang harapan nyanyian pantai Hawaii dan tarian-tarian Havana. Untung kubelikan kain sutra, ingat kan?Â
Lihat Edie, kainnya pun rusak digerogoti tikus. Kepala kita pun mulai tertukar.Â
Sekarang bisa kulihat ada bekas muntah di bibirmu dan sutra itu Edie, kau gunakan sebagai seka, kain yang pernah kau pinjamkan untuk tangisan musim panas ketika hujan salju di musim dingin beberapa tahun kemarin.
Dan mungkin sekarang kau lupa tentang Magnolia. Bau hangusnya ternyata hanya datang dari kepalamu yang sudah membusuk di tengah pesta panen musim panas itu. Matamu hanya menganga layaknya jurang terbakar. Mereka berjatuhan di telapak tanganku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H