Mohon tunggu...
Christian Moreys
Christian Moreys Mohon Tunggu...

Seorang mahasiswa yang selalu memikirkan apa saja yang belum dapat dipikirkan, ingin segera meraihnya namun perlu mengendalikan diri dan merendahkan hati, yang pada akhirnya mencoba perlahan-lahan berhalusinasi sejenak... Selamat Menikmati...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paham Itu?

9 Agustus 2010   18:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Fanatisme Beragama
Bacaan : Matius 7 : 15 -23
Tujuan : Mendiskusikan hal-hal yang seharusnya dilakukan untuk menopang terwujudnya hidup beragama yang sehat.
Pengantar
Kalau saya pendukung mati kesebelasan Brazil dalam Fifa world Cup 2010, atau Klub Barcelona atau pengagum penyanyi Vince Gill, pencinta Cristiano Ronaldo apakah itu yang disebut dengan fanatisme ?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fanatisme berasal dari kata “fanatik” yang mempunyai kaitan dengan sesuatu yang “fana” (tidak kekal/dapat rusak). Jadi fanatisme (kb) berarti “keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap sesuatu ajaran (seperti : politik, agama, dsb) yang sifatnya tidak kekal”. Dalam Alkitab ada istilah yang mirip dengan fanatisme yaitu kata “ortodoks” (Yunani : orthos = lurus, benar; doxa = pandangan, pendapat), seperti tampak dalam Yakobus 2:19 tentang Tuhan. Menurut kitab Yakobus, beriman secara orthodoks adalah baik, yang menjadi soal penting adalah apakah apakah beriman yang demikian juga disertai oleh sikap hati yang lurus kepada orang lain atau memberikan manfaat bagi sesamanya?
Dengan bersikap fanatik, kita menganggap suatu ajaran yang kita pegang itu pasti benar sedang yang lainnya adalah keliru, akibatnya sikap toleransi kita terhadap pendapat lain menjadi tertutup. Kita menjadi tidak suka dengan orang yang berbeda keyakinan, menganggap mereka menyimpang dari kitab suci. Kita adalah orang-orang yang ingin mengasihi Tuhan, akan tetapi kita tidak menyukai orang yang berpendapat berbeda, apa itu dapat dibenarkan ? Bagaimana jadinya, bila apa yang kita yakini benar ternyata dinyatakan Tuhan sebagai sesuatu yang kurang benar dan apa yang dipahami orang lain adalah yang lebih benar?
Sitz im Leben (Setting in life)
Bacaan kita dimulai dengan sebuah peringatan terhadap nabi-nabi Palsu, karena kitab Matius memang ditujukan kepada orang-orang Yahudi, sehingga istilah tersebut jelas dipahami oleh mereka. Pada saat Injil Matius ditulis, jabatan nabi masih merupakan jabatan resmi yang ada di dalam gereja mula-mula dan waktu itu banyak orang yang meninggalkan segala miliknya, lalu pergi ke berbagai tempat menyampaikan berita yang katanya berasal dari Allah. Pada waktu itu juga sudah ada ketentuan yang mengatur (buku Didakhe) apakah seorang nabi itu sejati atau palsu (baik tentang tinggal dalam jemaat, makannya, serta soal uang dsb.) Dalam konteks itulah, nabi-nabi palsu diibaratkan serigala yang datang menghampiri dengan menyamar sebagai domba, suatu perbandingan yang kontras sekali. (lihat : Yer.6:14,8:11; Yeh.22:27;Zef.3:3; bdk. Kis.20:29; Yoh.10:12) Seekor serigala yang buas menyamar sebagai domba yang lembut dan tenang. Itu sebabnya Matius sangat mewanti-wanti kepada pembacanya agar lebih berhati-hati karena lingkungan di mana mereka hidup rentan dengan penyamaran semacam itu.
Kondisi di masanya ternyata tidak hanya dilihat oleh Matius, tetapi nada yang seirama juga disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Epictetus yang menyatakan “Dapatkah anggur tumbuh menjadi zaitun, atau zaitun menjadi pohon anggur?” atau yang disampaikan Seneca :“buah ara tidak dapat tumbuh dari pohon zaitun, demikian juga kebaikan tidak akan pernah muncul dari kejahatan” (bdk ay. 16-17). Dan itu semua diperkuat lagi dari perkataan Yesus : “Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?” Kata-kata harus terteruji melalui perbuatan sebab perbuatan merupakan ukuran yang benar dari tabiat seseorang. (bdk ay.20) Di Palestina pada zaman Yesus memang terdapat semak duri yang buahnya mirip anggur kecil, di situ juga terdapat rumput duri yang bunganya bila dari jauh terlihat seperti buah ara.
Pertanyaan Diskusi :
1. Adakah relevansi situasi kehidupan beragama di era Yesus dengan situasi yang ada di lingkungan (jemaat) anda ?
2. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi orang-orang yang memiliki pemahaman iman berbeda (fanatik) terhadap pokok iman tertentu?
3. Menurut Saudara, faktor dan langkah-langkah apa saja yang perlu kita perhatikan agar hidup beragama yang sehat dapat terwujud?

Bacaan : Lentera Umat Edisi 03

posted by : 1. Erianto Hasibuan, SE., M.M

2. Christian Moreys Ngl

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun