Mohon tunggu...
Imanuel More Ghale
Imanuel More Ghale Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Yang menatap realitas tanpa tenggelam.... Yang menerabas fakta tanpa keegoan... Yang menyibak alam tanpa merusak... Yang mempertanyakan metafisik tanpa kelelahan... Memaknai ada-nya dalam tanya... Meretas asa dalam nyata... Menuju Kesempurnaan... Aku More... catatan2 (notes) yang perlu ku bagi sebut saja morenotes

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perubahan Cuaca dan yang Meraup Untung

30 November 2010   04:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:10 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu publikasi World Bank Group pada akhir tahun lalu berjudul Social Dimensions of Climate Change. Perubahan iklim diuraikan sebagai salah satu tantangan paling mendasar bagi masyarakat dunia pada abad 21. Perubahan pola alam ini menjadi tantangan karena merombak secara fundamental cara pandang manusia tentang alam. Alam yang dalam bahasa Barat disamakan dengan kodrat atau sifat (Latin: Natura, Eng.: Nature), yang merepresentasikan sekaligus menyimbolkan suatu ukuran standar, sesuatuyang relatif konstan, permanen & stabil. Namun, yang terjadi saat ini tepat sebaliknya. Alam menunjukkan geliat perubahan yang sulit diprediksi. Alam seakan-akan menunjukkan “nature”nya yang berbeda.

[caption id="attachment_77811" align="alignright" width="522" caption="Antrian di Halte TransJakarta & Kemacetan yang Mengular"][/caption]

Jika World Bank menyoroti perubahan alam dalam scope yang lebih luas, yakni perubahan iklim, saya hanya akan menulis sedikit pengamatan saya terkait perubahan cuaca Ibukota. Perubahan cuaca sebagai dampak pemanasan global memaksa semua orang, mulai para pengamen jalanan hingga para konglomerat beradaptasi kembali, mengubah sejumlah pola hidup dan kebiasaan yang sebelumnya terlihat stabil bin ajeg. Dua musim, hujan dan panas, dengan perbedaan yang jelas dan selama berabad-abad menjadi ciri negara katulistiwa kini berubah total. Salah satu buktinya, Jakarta diguyur hujan sepanjang tahun.

Risiko perubahan cuaca telah berbias dalam wujud perubahan pola tindakan, lifestyle, aktivitas perekonomian. Ketidakpastian cuaca di atas memaksa sejumlah pengendara sepeda motor beralih ke mobil pribadi untuk menghindari hujan sebelum dan setelah ke kantor. Dampak lanjutannya jelas, adanya peningkatan angka penjualan mobil – terutama mobil second, kemacetan semakin mengularkarena jumlah kendaraan roda empat yang meningkat. Ada juga pengendara yang beralih menjadi penumpang busway. Dengan jumlah armada yang tetap terbatas, ditambah porsi armada untuk setiap jalur yang sulit diprediksi serta masalah klasik soal jadwal, peningkatan jumlah penumpang tersebut jelas berpengaruh besar. Antrean penumpang di sejumlah halte mengular; jadwal kedatangan bis semakin tak tentu karena adanya pengalihan ke jalur-jalur padat; hingga kenyamanan dalam bis yang benar-benar hilang.

Sisi lain yang terlihat jelas menjadi imbas sangat mudah dicerna jika kita cukup awas. Sejumlah anak sekolah sudah stand-by di pusat perbelanjaan dan perkantoran di sore hari dengan payung di tangan. Hasil pekerjaan sambilan ini adalah meningkatnya uang jajan anak-anak. Ke mana rezeki nomplok mereka akan disalurkan? Pertanyaan ini sudah dijawab oleh sebagian warga Ibukota yang jeli melihat peluang profit. Game online adalah wahana yang paling dicari anak-anak untuk menyalurkan surplus duit mereka. Mereka yang jeli pun mulai membuka warnet di sekitar pusat perbelanjaan dan perkantoran dengan target utama menjaring uang para ojek payung. Tak heran bila saat ini di sekitar sejumlah pusat perbelanjaan menjamur warnet-warnet baru, baik yang fasilitasnya berkelas maupun, dan ini mayoritas, yang fasilitasnya ala warkop.

[caption id="attachment_77813" align="aligncenter" width="505" caption="Ojek Payung & Suasana Warnet Game Online"]

12910924821717335590
12910924821717335590
[/caption]

Yang juga mengeruk untung adalah produsen obat sakit kepala dan flu. Kehujanan adalah pemandangan sehari-hari. Seringnya kehujanan, terutama saat sore menjelang malam, membuat orang lebih mudah terserang flu. Apalagi saat pakaian lembab dan basah oleh guyuran air hujan, tubuh harus bermandi peluh dan kepenatan (bila di dalam angkutan umum) ataupun kedinginan selama beberapa jam dalam mobil pribadi karena lalu lintas yang macet. Jika ditambah efek psikologis yang dikombinasikan kondisi-kondisi nonideal tersebut maka lengkaplah rujukan untuk mencari obat sakit kepala.Dalam dua tiga hari, orang yang secara fisik kuat pun akan mudah drop. Tanda-tanda awal yang perlu diantisipasi sebelum berdampak pada jatuh sakit yang lebih parah memang obat sakit kepala dan flu, serta minuman untuk mempertahankan stamina.

Nah, jenis obat-obatan dan minuman seperti ini sedang menjadi primadona. Keuntungan jelas diperoleh produsen hingga para pedagang eceran yang memasarkannya. Mungkin, produsen akan berfikir untuk memanfaatkan momentum ini dengan membuat iklan baru. Isinya tak jauh-jauh dari: ”kehujanan, macet....segera cegah sakit kepala dan flu dengan ....”

Gambaran di atas baru beberapa contoh sederhana dari ketidakpastian alam, perubahan cuaca yang sedang dihadapi dunia saat ini. Masih begitu banyak ketidakpastian lain yang berbuah risiko bagi manusia. Namun, sejak Adam Smith, risiko telah dilihat sebagai ruang untuk meraup keuntungan. Beberapa pihak telah berhasil melihat ceruk potensi perubahan cuaca kota Jakarta. Siapa menyusul?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun