Mohon tunggu...
Henry Mamora
Henry Mamora Mohon Tunggu... -

Audio khususnya dan elektronik umumnya dinegeri ini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, dari sekedar radio kecil, dvd, midi compo dan yang kelas berat, apakah dirumah, di mobil, dan di gedung-gedung, dan dilapangan, bahkan multimedia, namun bila kita amati, mungkin 95% dari barang-barang itu ternyata import, mayoritas dari China, dll. Artinya, bangsa ini membelanjakan uang dan hampir seluruhnya devisa terbang keluar negeri, dan menurut saya hal ini dapat terjadi karena minimnya pengetahuan kita tentang hal tsb, sehingga selalu beli produk akhir saja. Tulisan ini dimaksudkan untuk sekedar memberi pencerahan bagi orang lain maupun diri sendiri, karena dalam keadaan krisis ekonomi(spt negeri ini yang tak juga kunjung usai sejak 1998) selayaknya bangsa kita menjadi kreatif dan produktif,dan bukan malah konsumtif.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Manusia binatang

4 September 2011   21:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:14 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu obrolan santai dengan seorang teman, setelah ngalor ngidul kesana kemari, kami masuk pada suatu topik menarik tentang perilaku manusia sekarang yang sudah makin aneh-aneh, yang semakin mengalami kemerosotan ditengah perkembangan teknologi yang sedemikian luar biasa dalam dua dekade terakhir ini. Lihatlah banyaknya kasus korupsi, pungli, fee, atau apapun istilahnya, yang mana kita melihat para pelakunya juga bukanlah miskin-miskin amat,dan mungkin hampir setiap minggu kita mendengar kisah senada ditelevisi nasional, seakan tak putus-putusnya bermunculan bintang-bintang baru. Ini sudah menjadi rahasia umum dari mulai urusan proyek miliaran sampai mengurus KTP dikelurahan.

Begitu juga kisah penjarahan yang mungkin kita masih ingat, yang umum terjadi selama masa reformasi tahun ’98 yang lalu, dan disertai demo yang berkelanjutan sampai sekarang ini yang seringkali disertai kekerasan dan pemaksaan kehendak, dari hampir semuagolongan mulai dari kalangan intelektual hingga kaum buruh tani, semuanya seperti sudah sangat fasih melakukannya. Namun yang sungguh mengherankan, justru saya belum pernah mendengar ada demo oleh kaum pengangguran, malah yang melakukan demo umumnya masih punya profesi walaupun nonformal.

Dalam dunia kriminal juga nampaknya tidak mau kalah, kita sering mendengar aksi dan modus kejahatan dan kualitasnya yang semakin meningkat sekarang ini, ada kasus-kasus mutilasi, kanibalisme, yang dulu sangat langka kita dengar terjadi.

Kalau kita lihat fenomena penyimpangan diatas, secara garis besar kita dapat melihat semakin menurunnya kualitas moral bangsa ini walau dari sisi intelektual mengalami peningkatan.

Apakah yang sesungguhnya terjadi dinegeri yang terkenal dari zaman dahulu kala terkenal akan rakyatnya yang ramah tamah, murah senyum, dan suka menolong? Padahal disisi keagamaan juga kita merasakan nuansa yang pekat akan kecenderungan orang ingin kembali kekebenaran, lihatlah disekitar kita semakin hari semakin meningkat wanita yang sekarang menggunakan jilbab untuk yang muslimah, dan menggunakan aksesori agama tertentu bagi yang lainnya, dsb, tetapi kejahatan dan penyimpangan dilain sisi semakin meningkat, apakah pendekatan agama bisa dikatakan gagal dalam menjadi pagar moral dan etika orang? Begitu juga hukum yang semakin ompong dan rawan dalam menegakkan supremasinya? Jangan bertanya pada saya, karena saya juga hanya dapat menjawab “entahlah”, tetapi marilah kita renungkan bersama dan berupaya mengambil pelajaran.

Seumur hidup saya belum pernah mendengar atau melihat ada seekor ayam, atau anjing, kucing dsb, yang ketika ketemu makanan lalu timbul serakah dihatinya, mengumpulkan makanan itu dan menyimpannya disarangnya buat besokdan lusa, apakah anda pernah mendengar? Mereka hanya keluar cari makan, lalu makan secukupnya dan pergi, begitu juga besoknya akan demikian terus selamanya.

Belum pernah juga saya tahu ada ayam, kambing, sapi dsb dari RT sini berkelahi dengan hewan ternak lain dari RT tetangganya dengan mengajak kawan-kawannya dan mengeroyoknya, atau yang mengerahkan kawan-kawannya untuk berjaga seandainya diserang oleh lawannya, belum juga pernah saya dengar ada seekor binatang yang menyuap binatang lainnya untuk suatu kepentingan.

Bukankah kita manusia memiliki kelebihan akal budi dibandingkan dengan binatang, tetapi justru melakukan kecenderungan yang tidak pernah diakukan oleh binatang?

Mungkin kita sebaiknya melihat dan belajar dari binatang, dan mungkin juga sebutan “manusia binatang” bukan menjadi suatu cap buruk lagi karena binatang justru lebih murni dan polos dalam segala tindakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun