Mohon tunggu...
Asmiathy Latief
Asmiathy Latief Mohon Tunggu... -

tertarik untuk menulis... butuh saran, masukan dan dukungan dari semua pihak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namaku Joyo Bu...

16 Agustus 2012   04:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:41 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini adalah hari ke dua kami beraktivitas di sekolah, setelah menjalani libur kenaikan kelas selama 3 minggu. Memasuki tahun ajaran baru bayak yang perlu disiapkan. Terlebih sekarang sekolah kami membuka pendaftaran siswa baru. Banyak orang tua yang datang mendaftarkan anak mereka bermodal akta kelahiran dan pas foto ukuran 3x4. Mereka tidak perlu pusing-pusing memikirkan biaya pendaftaran sekolah yang mahal seperti yang pernah mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya, karena program sekolah gratis telah dilaksanakan disekolah kami, SDN Gedung Jaya. Hal menarik terjadi ketika para orang tua mengisi formulir pendaftaran.

“bu,,,anak saya semuanya ada 9, tapi dari 2 istri, anak yang daftar sekarang dari istri ke dua. Apakah anak dari istri pertama juga dihitung bu?” tanya seorang bapak kepada saya.

“Iya pak,karena semuanya anak Bapak” jawabku.

Kemudian seorang bapak juga bertanya, “Bu, pedie maksudnya pendidikan orang tua? Aku ndak pernah tamat SD bu ” katanya.

“Berarti bapak tulis saja tidak tamat SD” kataku sambil tersenyum

“Nah bu, alamat orang tua ni, dame maksudnya? Aku ni ndak pernah pindah-pindah, di rumah itulah tempatku” kata bapak yang lainnya

Ibu-ibu dan beberapa orang bapak menimpali dengan bahasa yang hampir tidak aku pahami. Dari beberapa kata yang aku mengerti tampaknya mereka memprotes karena bapak-bapak tersebut terlalu banyak bertanya.

Tepat pukul 12.00 waktu Gedung Jaya, semua formulir telah terkumpul. Tahun ajaran 2012/2013 kami mendapat 20 murid baru. Namun kelas 1 sekarang berjumlah 28 orang karena ada 8 anak yang tidak naik ke kelas 2 akibat belum bisa membaca.

Keesokan harinya, suasana sekolah masih dipenuhi oleh orang tua siswa. namun kali ini didominasi oleh ibu-ibu. Tampaknya mereka ingin menunggui anak mereka dan menyaksikan aktivitas mereka selama di sekolah.

Bu welly wali kelas 1 masuk ke kelas untuk memulai kegiatan perkenalan bersama siswa baru.

“Anak-anak,,,nama ibu “Bu Welly”, ibu yang akan mengajar kalian di kelas 1”

“Horeeee….horee…”jawab mereka serentak sambil lompat kegirangan

“sekarang, kita kenalan dulu, ibu panggil namaya satu-satu, nanti yang dipanggil namanya maju ke depan memperkenalkan namanya dan alamat tempat tinggalnya, mengerti anak-anak?”terang bu Welly

“mengerti buuu…..”jawab mereka kompak

”Adelia Amanda Sumardi,,,”panggil Bu Welly

“saya bu..” sahut seorang anak perempuan sambil mengacungkan tangannya. Dia lalu maju ke depan kelas dan memperkenalkan diri sambil dibimbing oleh bu Welly

“Nama saya Adelia, saya tinggal di Gedung Jaya” anak-anak ramai bertepuk tangan.

“Selanjutnya giliran Anggun Bella Riyani” ucap bu Welly

“iya bu” sahut anak perempuan yang duduk di bangku paling belakang. Badannya sagat gemuk, dia tampak cantik dengan pita pink dirambutnya.

“hahahhahahaha….si Gembrot maju”teriak salah satu anak laki-laki yang disambut dengan tawa oleh semua siswa di kelas. Anggun tampak malu, namun bu welly segera bertindak.

“anak-anak, tidak baik meledek teman seperti itu, anggun kan teman kita semua, anggun bukan gembrot, tapi badan anggun sangat sehat” semua bertepuk tangan

Setelah anggun memperkenalkan diri, bu welly lalu memanggil “Angola Setiawan”

Tidak ada yang menyahut, kemudian bu welly mengulangi panggilannya. “Anggola Setiawan, silahkan angkat tangan” tidak ada respon, semua diam. Bu Welly lalu menghitung jumlah siswa yang ada dalam ruangan, 28 anak, sesuai dengan jumlah total siswa yang terdaftar.

“siapa yang namanya Angola setiawan?” tanya bu Welly. Masih terdiam, tidak ada yang menjawab. Dalam hati bu welly berpikir, jangan-jangan anak ini malu atau takut. Kemudian bu welly berkata dengan nada lembut, “anak-anakku sayang, coba angkatangan yang mau berteman dengan Angola” semua anak mengangkat tangan. Lantas siapa yang bernama Angola Setiawan, tanya Bu Welly dalam hati.

Akhirnya Bu Welly kembali membuka arsip data siswa. siapa yang nama bapaknya Sihabudin?

“Saya Bu…” kata seorang ana laki-laki dengan semangatnya.

“sekarang kamu maju kedepan kelas, memperkenalkan diri seperti adel dan anggun tadi”

“Iya bu” jawab anak itu

“nama saya Joyo….saya tinggal di Dusun Gajah Mati” katanya dengan semangat

“nama lengkapnya siapa nak?” tanya bu welly, dia tidak menemukan satupun nama siswanya yang mirip dengan kata Joyo dalam daftas siswa. berdasarkan data siswa yang dipegang bu welly, Angola setiawan adalah anak dari Sihabudin.

“Nama saya Joyo bu, umak saya biasanya manggil saya Joyo bu di rumah” katanya dengan nada polos.

“nama kamu Angola setiawan nak, nanti tanya lagi ke umak, nama lengkap saya apa umak, yah” kata bu welly dengan lembut

“nama saya ni Joyo bu, benaran, ga mungkin saya salah” kata Joyo bersikeras

“iya bu, namanya memang Joyo,rumahnya dekat dengan rumahku bu, umaknya dan semua orang panggil dia Joyo” sahut salah satu siswa laki-laki membenrakan pengakuan Joyo.

“ya sudah…nanti sepulang sekolah, tanyakan ke umak, siapa nama lengkap Joyo” kata bu welly menenabgkan

“Iya bu” katanya dengan nada kecewa, tampaknya dia tidak rela namanya diganti, dia benar-benar ingin meyakinkan bu welly bahwa namanya Joyo.

Joyo tidak sabar menunggu waktu pulang sekolah. Tentu saja dia ingin menanyakan kepada Umak (baca Ibu) nya mengenai namanya yang sebenarnya.

Tepat pukul 10.00 waktu Gedung Jaya, bel pulang untuk siswa kelas 1 dan 2 sekaligus bel istrahat pertama bagi kelas 3 samapi 6. Tampak dari ruang kantor, Joyo berlari ke gerbang sekolah menghampiri seorang perempuan yang sudah lama menunggunya.

“umaaakkk…”teriak Joyo dengan nada girang. Rupanya perempuan yang mengenakan baju kaos biru dan celana hitam itu adalah ibunya Joyo. Terlihat Joyo sedang membicarakan hal serius dengan umaknya, lalu tiba-tiba Joyo menarik tangan ibunya menuju ke kantor. Saat itu hanya aku dan beberapa orang guru yang ada di dalam kantor. Bu welly belum tiba di kantor.

“assalamu’alaikum…” kata umak dan Joyo berbarengan

“waalaikumsalam..silahkan duduk bu” jawabku dengan ramah

“begini bu, ini Joyo anak saya, minta saya jelaskan ke ibu guru, katanya namanya Joyo, bukan Angola. Di rumah saya panggil dia Joyo bu, kalau nama aslinya memang Angola setiawan” ungkap umak Joyo

Kami masih belum memahami permasalahan yang terjadi, hingga akhirnya bu welly masuk ke kantor dan menghampiri Joyo dan umaknya.

“owalaaaa,,,bu,,bu,,,kasian anaknya, bingung ndak tau namanya sendiri, saya juga bingung, tapi lucunya dia malah hafal nama ubak (bapak) nya” kata bu welly kepada umak. “Joyo,,kamu sudah dengarkan dari umak, nama kamu Angola setiawan, jadi kalau ibu sebut Angola setiawan itu berarti Joyo” lanjut bu welly ditujukan pada Joyo. Joyo haya bisa mengangguk. Setelah Joyo dan ibunya pulang, bu welly lalu menceritakan permasalahan yang dihadapinya bersama Joyo. Kami semua tertawa mendengar cerita tersebut.

Sejak hari itu, Joyo meminta kepada semua teman-temannya untuk memanggilanya Angola, buka Joyo, tidak terkecuali umaknya.

Satu hal yang saya pelajari dari Joyo. bahwa kebiasaan yang diberikan oleh orang tuanya sejak dia kecil, akan melekat erat dalam dirinya, sehingga alangkah bijaknya jika penanaman karakter pada anak mulai dibina sejak dini oleh oragtua maupun guru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun