Siapa hendak turut
Ke Bandung Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Manaada naik kereta dengan percuma, hahaha. Saya tuh habis naik kereta duabelas tigabelas jam lamanya, dari kota X ke kota Y. Perjalanan berangkat dilalui waktu malam hari, sepanjang jalan hanya ada gelap. Nah baru perjalanan  balik pas jadwal keretanya pagi-sore.
Saya amat menikmati terbitnya matahari dari jendela kereta yang lebarnya segitu. Lumayanlah bisa ngintip geliat kehidupan di seputar bantalan rel kereta. Ada yang masih tidur diatas kerikil rel, beratapkan terpal. Ada yang lagi bermacet ria nunggu palang kereta naik, lagi nyetir motor. Ada yang lagi nyuci kendaraan. Ada yang lagi becek-becekan nanem padi di sawah. Dan ada yang lagi ngangenin kamu, padahal baru kemarin bertemu. uwu.
Macem-macem deh pokoknya. Selain pemandagan dari jendela kereta, yang bikin asyik itu penumpang lain yang duduk di samping kanan kiri depan kita. Yang biasanya nanya , "Mau kemana mba?", "oh nanti turun situ ya", Â dalem ati yes abis ini bangkunya kosong bisa buat selonjoran (hehe becanda (tapi bener kan?)). Â Terkadang temen seperjalanan ini secara sukarela menceritakan pengalaman pribadinya alias curcol. Mulai anaknya, saudaranya, ponakannya, sepupunya, dan lain sebagainya yang akhirnya saya dengarkan sambil sesekali bertanya balik biar kelihatan antusias dan menghargai cerita orang lain. wkwk.
Kadang dari mendengarkan kita ditawarin bekal yang dibawa teman seperjalanan, lumayanlah buat mengganjal perut selama perjalanan panjang. Roti, biskuit, gorengan, walau secuil tapi itu yang selalu mengingatkanku akan kehangatan selama perjalanan berkereta. njay.
Sekian,
miaw :3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H