Saya punya seorang keponakan, sebut saja Hana, yang usianya sudah hampir empat tahun dan masih disuapin tiap kali makan. Entah kenapa dari dulu saya risih melihat balita yang disuapin apalagi disuapinnya sampai di luar rumah, dengan kondisi anak lari-larian, yang akhirnya moms juga harus ikut lari-larian.
Jadi, kenapa sih harus disuapin? Bayi monyet aja bisa makan sendiri. Ehehe.
Sepertinya kebiasaan Hana disuapin sudah dimulai semenjak dia berusia sekitar enam bulan, saat Hana pertama kali mengenal makanan padat. Seharusnya moms membiarkan si kecil mengenal apa itu makanan daripada menyuapinya. Karena dengan begitu, seiring dengan berjalannya waktu akan tumbuh rasa tanggungjawab pada si kecil. Bahwa makan adalah kewajibannya, bukan moms things to do.
Memang bukan hal yang mudah mengajari bayi makan, apalagi makanan yang disajikan haruslah dengan kriteria tertentu, misalnya finger food yang mudah dipegang. Konsekuensinya moms harus mau sedikit repot menyediakan makanan yang sesuai dan segala kerepotan sesudah makan. Mengingat acara makannya bayi pada dasarnya badai makanan untuk para orangtua. Hehe butir nasi dimana-mana, lauk yang tercecer di lantai, cipratan dan genangan air minum dan susu.
Well, jadiin aja hal diatas sebagai hal yang biasa, event yang wajar dilalui bayi agar lebih mandiri kelak ketika tumbuh besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H