Mohon tunggu...
liz
liz Mohon Tunggu... Freelancer - life adventurer

Pemakan segala jenis buku. Suka mencatat hidup dan maknanya, seringkali ketika sendirian saya suka memikirkan berbagai hal, menanyakan apa makna yang terkandung dalam sebuah kejadian. Otak saya berpikir lebih cepat sehingga tangan dan lisan saya tidak dapat mengimbanginya. Dan saya tidak bisa menghentikan stimulasi kimiawi-biologis-fisis yang sedang berlangsung di dalam kepala saya. Made me feel full. Mungkin sebagian kecil akan saya tuliskan dalam blog ini. Miaw :3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keren Itu...

25 Desember 2019   10:56 Diperbarui: 26 Desember 2019   17:18 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kakak kakak mahasiswa (sumber: freepik.com)

Saya ingat betul saat saya masih duduk di kelas 1 SMA, ada agenda tahunan semacam festival akhir semester. Ada stand makanan tiap kelas, berbagai rangkaian lomba yang menguji kreatifitas dan kunjungan kampus. Pada acara kunjungan kampus dihadirkan alumi SMA yang sudah kuliah di macam macam kampus, mulai yang negeri sampai luar negeri (baca saja swasta).

Seneng banget deh rasanya waktu melihat kakak-kakak mahasiswa yang udah ga pake seragam. Cuma pakai pakaian standar kuliah dan jas almamater. Sepatu warna warni, celana jins, keren deh pokoknya di mata saya. Itulah yang saya jadikan salah satu alasa kuliah, sekolah tapi pakaiannya bebas. Abisnya bosen sih dari TK sampai SMA pake seragam. Senin selasa putih-hijau, putih-merah, putih-biru, putih-abu abu. Rabu kamis, batik. Jumat-sabtu pakaian pramuka lengkap dengan dasi pramuka. Terus tiba-tiba ga pake sekaram lagi, kan keren.

Pas masuk kuliah saya selalu terkesima dengan ceramah para dosen. Terutama saat sesi bimbingan, dimana sekat antara  guru dan murid tidak setinggi menjulang di kelas. Saat saya bertanya sedikit dan dijawab dengan ulasan yang panjang, di akhir selalu ada 'waw' moment. Entah kenapa para dosen selalu bisa menimpali dengan cerdas, mengambil analogi sederhana yang memudahkan lawan bicaranya untuk bisa paham.

Demikian pula ketika berdebat, sulit rasanya bisa menang dari dosen. Mungkin karena jam bicara terbang yang sudah bertahun dijalani, ditambah latar belakang pendidikan yang juga menempa mereka untuk menjadi manusia yang lebih pandai. Setidaknya di mata saya terlihat begitu keren.

Saya menikmati betul waktu-waktu selama kuliah, begitupun dengan waktu yang saya habiskan untuk bermain game. Saya terlahir sebagai player nuub bau kencur dalam sebuah arena game. Meskipun begitu setiap hari saya mencoba bertambah kuat, menaikkan level, membuat armor yang lebih kuat, melatih teknik attack dan dodge serta membaca diskusi komunitas untuk menambah wawasan.

Dalam sebuah komunitas ada player kelas dewa karena keliahannya membuat build skill, hingha melawan boss pun hanya dibutuhkan waku beberapa menit saja (dibandingkan saya yang nuub, butuh 10-20 menit untuk melawan 1 biji  boss). Para god player seringkali terlibat obrolan dengan player lain yang isinya masuk dalam definisi keren saya. Meskipun isi obrolannya banyak yang saya belum paham (perlu googling untuk mengartikan istilah kemudian balik lagi dan googling lagi), tapi itu k e r e n.

Paragraf ini seharusnya berisi kesimpulan, tapi saya biarkan menggantung saya karena sedang tidak mood membuat paragraf terakhir. Atau bisa jadi suatu saat akan saya edit dan saya tambahin hal-hal yang bagi saya keren.

Miaw :3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun