Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf
Muhammad Yusuf Mohon Tunggu... -

Belajar itu bisa dimana saja,dari siapa saja... Tidak peduli dengan siapa kita belajar,selama itu dapat memberikan ilmu yang bersifat positif..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

“Galau”...bukan Ekspresi dari Rasa Kecewa, Sesal ataupun Gunda

17 Juni 2012   05:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:53 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“GALAU”...bukan ekspresi dari rasa kecewa,sesal ataupun gunda

“GALAU”... Ya,Galau.. Sebuah kata yang sedang nge-Tren di kalangan anak muda saat ini . Kata Gaul yang biasanya terucap dari mulut anak-anak jaman sekarang ini adalah lambang keterasingan , kehilangan , rasa rindu , atau bahkan sebagai kata luapan dari perasaan kecewa . Ada gak sih orang yang belum pernah merasa di kecewakan?,saya yakin pasti ada . Tidak usah jauh-jauh kita mencari contoh, terkadang dengan orang terdekat kita saja pernah membuat kita merasa kecewa . Setelah itu perasan hati menjadi gunda, dan tumbuh rasa penyelasan yang teramat dalam terhadap orang tersebut . Perlu kah kita berekspresi dalam meluapkan rasa ke”galau-an” kita itu? , jika perlu dengan cara apa?, update status di jejaring sosial seperti Facebook,Twitter,Google+??,dengan tulisan “hari ini galau bangett”.. lalu manfaatnya apa?, nihil kawan .

Sebenarnya rasa kecewa itu tak perlu kita umbar-umbar ke semua orang bahkan sampai ke publik . Karena dengan begitu secara tidak langsung orang lain yang melihat maupun yang mendengar dapat menilai sifat kita . Bagus kalau responnya positif, nah kalau ternyata sebaliknya bagaimana ? . Tapi bukan berarti kita gak boleh meluapkan rasa kekecewaan kita juga . Cuma ya.., bo jangan di pikirin terus-terusan sampe berhari-hari update status temanya “GALAU” melulu . Saya yang gak sengaja lihat juga “sepet” lama kelamaan .

Kalau menurut saya, “GALAU” itu bukanlah ekspresi dari perasaan kekecewaan seseorang . Melainkan mempamerkan kelemahan kita di hadapan publik , ya gak tau juga menurut anda bagaimana... namanya juga opini saya :D . Banyak cara untuk meluapkan rasa galau tanpa harus “lebay” di Facebook,twitter,dll . Contohnya untuk yang beragama muslim , kenapa pada saat kita galau gak langsung ambil wudhu, sholat sunnah kek,trus mendekatkan diri kepada sang pencipta,curhatkan semua unek-unek kepada-NYA . Lebih keren kan?, gak percaya? Monggo di coba .

Bisa di bandingkan dengan mereka-mereka yang “GALAU” namun hanya bisa meluapkannya di jejaring sosial . Biasanya mereka selalu terlihat murung , menyendiri , kadang bengong sampe ke sambet . Beda sama orang galau yang curhat kepada sang “PENCIPTA” . Seolah-olah perasan itu plong... beban semua ilang, pikiran fresh . Hari –hari bisa mereka lakukan seperti biasa kembali tanpa ada rasa galau yang berarti .

Salah satu alasan para remaja menjadi “GALAU” salah satunya "Ditinggalin kekasih" , yang kayak gini nih alasan umum yang paling sering membuat remaja sekarang ini galau . Setelah itu mereka update status, memamerkan ke “GALAU”annya di jejaring sosial dengan kata-kata mereka sendiri . Yang jadi pertanyaan , Terus kalau update status kayak gitu kekasih akan langsung kembali padanya? . Selain itu juga masalah keuangan yang semakin kritis melanda kehidupannya . Mereka akan merasa tertekan dan terbatasi dalam bergaul ataupun bersosialisasi . Lalu apa tindakan mereka? , Ya update status lagi . “Bete banget gw hari ini bokek” , selesai gitu permasalahan ? , Jelas tidak kawan! .

Sekali lagi galau itu boleh , tapi jangan BERLEBIHAN . Karena itu benar-benar sangat tidak baik untuk kehidupan kita sendiri . Coba deh dekatkan diri kepada sang khalik , curhatkan semua unek-unek padanya , lalu jalani hari dengan optimis dan semangat . Ingat kawan, persaingan di dunia ini makin ketat , sekali kita lengah , tertinggalah kita . Semoga tulisan ini bermanfaat dan tidak merusak mata pembaca . Wassalam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun