Ingatkah kamu akan kemarau kala itu
Yang menjejak langkah kita diatas debu
Membentuk dua arah masing-masing
Dengan genggam janji yang diikat
Menapaki jalan kerinduan yang panjang
Yang besarnya harus tidak melebihi rasa takut akan murkaNya.
Namun kini,
Ia berbuah hujan kerinduan yang tak tertahankan
Malangnya tak kutemukan gubuk untuk berteduh Dibawah pohon rindang ini
aku kuyup bersama kenangan kita
yang tidak pernah tersaput air mata.
Karena disana hanya ada deras suara kita
merajut kata, menggelegarkan tawa
Membuatku enggan beranjak
Hingga menggigil kedinginan
Dibawah tatapan hangatmu.
Purbalingga, 27 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H