Flu, pada umumnya dapat menyerang siapa saja mulai dari usia muda hingga tua. Terkadang flu yang dialami disertai dengan bersin, pusing kepala, hidung tersumbat, batuk, dan migrain. Terlepas dari gejalanya yang serius atau tidak, digunakan obat dekongestan untuk meredakan gejala yang dialami. Obat-pbatan dekongestan biasanya mengandung pesudoephedrin, phenyleprhin, oxymetazoline dan propanolamine. Â Propanolamine dikenal luas dan banyak digunakan untuk mengatasi gejala batuk dan pilek.
        Obat-obatan dekongestan ini biasanya dijual tanpa pengawasan. Tanpa disadari, obat ini memiliki efek samping yang luar biasa. Salah satu contohnya adalah hipertensi. Penyebab hipertensi sendiri terjadi karena jumlah konsumsi dosis dari obat dekongestan yang besar. Selain menyebabkan hipertensi dosis tinggi pada penggunaan obat dekongestan dapat menyebabkan stroke atau aritmia.
        Saran penggunaan obat dekongestan hanya boleh selama 5 hari, dan tidak boleh diberikan untuk anak dibawah 6 tahun. Hal ini berkaitan dengan efek sistemiknya yang berujung pada kasus hipertensi. Pada pasien yang menggunakan obat-obatan dekongestan terutama untuk hidung atau saluran pernafasan dengan cepat dapat mengembangkan takifilaksis (penurunan cepat dalam respon terhadap obat yang mengulangi dosis dalam waktu singkat). Diharapkan penggunaan obat-obatan dekongestan tidak digunakan dalam jangka waktu yang Panjang karena ditakutkan kehilangan keefektivitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H