Mohon tunggu...
Monyca Eca
Monyca Eca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang yang hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relevansi Perjalanan Pendidikan Indonesia

7 Januari 2023   09:59 Diperbarui: 7 Januari 2023   10:07 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perjalanan Pendidikan Nasional

Pendidikan pra-kemerdekaan pertama diselenggarakan oleh Portugis. Portugis mendirikan sekolah seminari untuk mengajar membaca, menulis, dan berhitung, tetapi hanya untuk kelas atas dan untuk tujuan menyebarkan agama Katolik. Pendidikan yang diberikan Portugis sudah modern dan mengenalkan huruf Latin, namun sistem pendidikan Portugis di Nusantara tidak bertahan lama karena digantikan oleh Belanda. . Transformasi pendidikan terjadi di bawah pemerintahan Belanda, pada masa itu para pejuang pendidikan berusaha mendorong perkembangan pendidikan, sehingga pendidikan mulai dihargai. Saat itu, sistem pendidikan kota mengizinkan gubernur untuk mendirikan sekolah. Akibatnya, para bupati mendirikan sekolah-sekolah kabupaten yang hanya melatih calon pegawai negeri sipil. Sekolah Bumiputera dibuat untuk masyarakat kelas bawah, dimana hanya diajarkan membaca, menulis dan berhitung. Tujuannya untuk mendidik masyarakat yang dapat mendorong usaha bisnis pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu, siswa yang melihat kondisi tersebut termotivasi untuk melakukan transformasi pendidikan bangsa Indonesia.

Salah satu tokoh yang berperan penting dalam pembangunan pendidikan Indonesia yang dikenal sebagai bapak pendidikan nasional adalah KI Hajar Dewantara. Saat itu, KI Hajar Dewantara beberapa kali pergi ke luar negeri hingga harus ke Belanda, namun selama pengasingannya, ia semakin semangat untuk memulihkan pendidikan di Indonesia, sehingga minatnya terhadap pendidikan digelontorkan sebagai bentuk perjuangan kemerdekaan. Salah satu buku yang menginspirasinya adalah buku dan buku teks filosofi Maria Montessori. Program Maria Montessori digunakan oleh banyak negara maju dimana dalam sistem pendidikannya. Ilmu inilah yang menjadi dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang landasan pendidikan Indonesia.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan didikan adalah proses memanusiakan manusia untuk memerdekakan manusia dalam segala aspek kehidupan, baik jasmani, rohani, jasmani dan rohani. Ki Hajar Dewantara juga mengatakan bahwa pendidikan merupakan tempat untuk menaburkan segala benih budaya ke dalam masyarakat. Dalam hal ini dimaksudkan agar semua unsur peradaban dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat dapat berkembang dengan sebaik-baiknya. Karena menurut Ki Hajar Dewantara, penguasa Belanda di Indonesia sama sekali tidak memperhatikan masalah pendidikan kebudayaan, pendidikan yang diberikan hanya pendidikan intelektual, personal dan material. Namun menurut Ki Hajar Dewantara, hal itu tidak mengapa selama hati anak negeri memiliki rasa nasionalisme. Ki Hajar Dewantara juga memberikan nasehat untuk mendidik anak bangsa dengan cara yang sesuai dengan fitrah zaman. Hakikat zaman adalah isi dan bentuk kondisi lingkungan, dan hakikat zaman adalah pendidikan dan pengajaran yang diberikan sesuai dengan kecenderungan zaman agar anak dapat mengikuti perkembangan zaman.

Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan memiliki tiga peran penting, yaitu peran pertama memajukan dan melindungi diri sendiri, peran kedua melindungi dan membela bangsa, dan peran ketiga melindungi dan membela negara. . Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan filosofi Tri Sri Rahayu. Dia percaya bahwa semua terhubung bersama dan berkontribusi untuk kebaikan yang lebih besar. Implikasi dari filosofi ini adalah ketika kita berhasil menjadi mandiri yang bahagia, itu pasti akan mempengaruhi lingkungan kita. , baik itu keluarga, sahabat atau orang-orang disekitar kita dan ketika masyarakat sudah mandiri atau maju maka akan berdampak pada kemajuan suatu negara. Sejak saat itu, prinsip belajar, khususnya TutWuri Handayani yang dikemukakan oleh KI Hajar Dewantara, menjadi semboyan resmi penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berlaku saat ini. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan membebaskan manusia dari segala aspek kehidupan melalui pendidikan dan hal ini diadaptasi dan diimplementasikan dalam program saat ini yaitu program Merdeka Belajar.

Saat ini, Indonesia berada di era Revolusi Industri 4.0. Pembelajaran ini tidak lagi menitikberatkan pada penerapan budaya. Namun, itu menekankan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah, keterampilan komunikasi, kreativitas dan inovasi, dan kolaborasi. Pada tahap ini, teknologi menjadi sarana utama dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebagai guru, kita perlu meningkatkan kemampuan kita untuk beradaptasi dengan teknologi dan dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan pembelajaran dengan cara yang menciptakan siswa atau peserta didik yang memiliki keterampilan abad ke-21.

Refleksi Perjalanan Pendidikan Indonesia

Setelah meneliti tentang pendidikan di negara sebelum dan sesudah kemerdekaan dengan tokoh-tokoh penting gerakan pendidikan, saya menyadari bahwa pendidikan adalah pondasi utama sebuah negara. Melalui pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dapat dilestarikan menjadi kepribadian bangsa. Penanaman nilai budaya dan karakter melalui pendidikan pada akhirnya akan menimbulkan jati diri dan jati diri bangsa. Dalam hal ini, pendataan para pelajar Pancasila merupakan landasan utama yang harus dilakukan secara menyeluruh dan mendalam dalam jiwa generasi bangsa. Selain mengajar, seorang guru adalah seorang pendidik yang bertugas menyampaikan ilmu yang dimilikinya, dan pendidikan adalah mengubah sikap terhadap peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu memperhatikan, menilai dengan baik setiap prestasi siswa dan memiliki rencana belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Maka mulai saat itu guru tidak perlu memberikan hukuman untuk menyatakan secara tegas bahwa anak melakukan kesalahan karena hal itu akan mempengaruhi kejiwaan anak, anak akan berpikiran negatif, sehingga membatasi diri, dan juga takut melakukan kesalahan. .kesalahan. kesalahan. Oleh karena itu sebaiknya dalam proses pembelajaran guru tidak boleh terlalu tegas dalam mengajar, guru harus lebih sabar dan mengetahui motivasi siswa melakukan tindakan tersebut sehingga guru dapat mencari solusinya. menyelesaikan setiap masalah yang dimiliki anak saya dan saya juga memahami bahwa siswa memiliki peran yang sama pentingnya dengan guru. 

Guru harus suportif, mendorong siswa untuk aktif mencari jawaban atas permasalahannya, membantu siswa melakukan refleksi terhadap fenomena di sekitarnya, membantu siswa menemukan potensi dirinya, sehingga siswa harus menentukan bagaimana proses pembelajaran akan berlangsung dan begitu juga dengan saya. memahami bahwa siswa bukanlah objek utama pembelajaran di kelas, tetapi subjek dalam proses pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun