Kita di Indonesia mengalami krisis karena secara kolektif telah terjadi penurunan kesadaran rakyat Indonesia sendiri dari Kesadaran akan kebijaksanaan menjadi (kesadaran) pengertian hukum yang baku dan kaku. Kelihatannya tidak ada kesalahannya bila semua mentaati hukum. Tapi kita lupa bahwa untuk mentaati hukum pun perlu kesadaran dalam diri manusia, bila tidak ada kesadaran, maka yang terjadi adalah usaha-usaha ‘mengelak’ dari hukum yang berlaku.
Makanya saya heran dengan alasan kekristenan melarang merokok karena di Alkitab tertulis, “tubuh adalah Bait Allah dan kita patut menjaga kesuciannya.” Dan bila kita merokok maka kita merusak tubuh kita yang adalah Bait Allah. Kalo alasannya begini, mestinya kita juga konsekwen melarang semua jenis makanan yang mengandung “fat,” “cholesterol,” “gula,” “msg,” untuk dikonsumsi karena zat-zat tersebut juga merusak tubuh manusia bila dikonsumsi berlebihan. (Demikian pula rokok, bila dikonsumsi sekali-sekali apa boleh? - Tentu ngak boleh bukan)
Dulu Gereja melarang ajaran Heliosentris Copernicus karena ‘bertentangan’ dengan apa yang tertulis di Alkitab (at least menurut penafsiran pemimpin Gereja kala itu). Tapi sekarang, malah ada ayat-ayat Alkitab (Di PL) yang dikutip bahwa “Bumi itu bundar.” –salah satu usaha agama untuk menutupi kesalahan-kesalahan di masa lalu. Jadi lucunya, dulu teori heliosentris dikutuk karena Alkitab said otherwise. Sekarang, didukung karena Alkitab juga says so. (Jadi kelihatannya di Alkitab memang ada ayat-ayat yang anti-heliosentris tapi juga ada ayat-ayat yang pro-heliosentris)
Apakah Alkitab berarti ‘bermuka dua’? Tentu tidak … yang berubah bukanlah Alkitabnya tapi pemahaman seseorang mengenai Alkitab seperti perubahan kesadaran Robot mengenai The Three Laws.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H