DPP PDIP secara resmi memecat Budiman Sudjatmiko. Pemecatan itu merupakan ekses dari dukungan yang diberikan kepada bakal calon presiden yang diusung Partai Gerindra Prabowo Subianto. Surat pemecatan Budiman ditandatangani langsung oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Rabu (24/8).Pilihan memang menyisahkan konsekuensi atau resiko yaitu antara yang baik dan buruk. Yang takut mengambil resiko bakal tidak berani memilih keputusan terbesar dalam hidupnya.Â
Budiman sudjatmiko memilih keputusan besar dan berani menerima resiko terburuk atas pilihannya tersebut. Namun dalam pemaparannya ketika mengikuti kegiatan kopdarnas PSI, dengan gamblang dia mengatakan bahwa resiko pemecatan bukan resiko terburuk bagi seorang politisi. Dia mengatakan bahwa seorang politikus tidak hanya mati sekali tetapi mati berkali-kali, dengan demikian kita juga hidup berkali-kali.
Pemecatan Budiman sesuai dengan AD/ART partai PDIP. Siapapun yang tidak patuh terhadap kebijakan partai dia menerima konsekuensinya termasuk pemecatan. Akan tetapi jika ditelurusi lebih jauh, tindakan PDIP juga merupakan bentuk kepanikan terhadap manuver Budiman. PDIP sedang menjunjung tinggi marwah dan harga diri partai. Bisa juga Budiman dicap sedang berkhianat.Â
Pemecatan Budiman merupakan tragedi besar bagi partai PDIP karena kehilangan kader terbaiknya. PDIP pasti sesak napas menyaksikan manuver Budiman. Tetapi itulah realitanya. Ibarat bermain sepakbola, Budiman sedang mencari club lain sebagai penyegaran. Di sisi lain, manuver Budiman merupakan komedi besar. Sesuatu yang sangat lucu. Terlihat lucu karena PDIP kesannya tidak dapat membina kader terbaiknya sehingga memilih untuk bermanuver. istilah yang dipakai Budiman adalah "berdansa".
Mari kita saksikan kelanjutan manuver Budiman ini. Apa yang dia kehendaki? Jalan terus atau mundur? Apakah demi kepentingan besar bangsa dan negara atau membawa misi pribadi dengan kesepakatan pribadi dengan Prabowo? Tidak ada makan siang gratis bagi para politisi. Manuver Budiman juga pasti ada alasan tersembunyi yang belum diungkapkan secara gamblang, tetapi waktu akan membicarakan semuanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H