Bayangkan, Â seorang teknisi di sebuah pabrik Energi Terbarukan sedang merakit kabel kabinet listrik yang masuk ke pusat turbin angin - sebuah proses rumit yang melibatkan pencocokan ratusan kabel ke soket yang sesuai. Tugas ini secara tradisional bergantung sepenuhnya pada instruksi manual yang berisi lokasi pemasangan dari masing-masing kabel.
Yang pada dasarnya pekerjaan tersebut bisa diselesaikan selama berjam-jam, ia mampu menyelesaikannya kurang dari 40 menit, dan itu ia lakukan tanpa sekalipun melihat ke buku manual dan terus focus pada kabel-kabel yang dipasangnya.
Dia mampu menyelesaikan semuanya tanpa melihat buku manual bukan berarti ia menghafal semuanya di luar kepala ya, bahkan bagi yang tidak mengerti isi dari buku manualpun bisa menyelesaikannya kurang dari satu jam. Lho, bagai mana bisa?
Ia mampu melakukannya berkat Google Glass, sebuah perangkat yang dipakai seperti kacamata yang menggunakan teknologi augmented reality (AR) untuk memproyeksikan instruksi langkah demi langkah untuk tugas di area penglihatannya.
Perusahaan teknologi besar --- termasuk Google, Facebook, dan Apple --- kini menyediakan platform dan alat untuk mengembangkan aplikasi AR sendiri.
Selain game dan hiburan, AR juga sungguh menjanjikan untuk bisnis di masa depan, yang pasarnya diperkirakan mencapai $ 49 miliar pada tahun 2021. Termasuk dalam bidang tenaga kerja professional karena AR dapat memberikan perbedaan besar dalam kecepatan dan efisiensi tenaga kerja.
General Electric adalah salah satu dari beberapa perusahaan yang secara diam-diam menguji teknologi AR sebagai metode untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi kesalahan. Dalam kasus kabinet listrik turbin angin, penggunaan pertama kacamata AR oleh operator telah menghasilkan peningkatan kecepatan tenaga kerja sebesar 34 persen.
Tren ini diharapkan dapat diterapkan di perusahaan besar lainnya di berbagai industri yang berbeda, karena dapat mendorong peningkatan nyata dalam manufaktur, manajemen gudang, pemeliharaan peralatan, desain, dan banyak lagi.
Terlahir Kembalinya AR Glasses
Google Glass memulai debutnya untuk grup kecil pada tahun 2013 dengan Explorer Edition, tetapi gagal dalam penjualan karena alasan harga, kurangnya fungsi yang jelas, performa buggy, dan kekurangan lainnya.
Orang-orang menghindarinya, perusahaan melarangnya, penggunanya dikenal sebagai "Glassholes," dan pada tahun 2015, Google Glass untuk konsumen diberhentikan.