Mohon tunggu...
James Monput
James Monput Mohon Tunggu... -

Kembara belantara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Memancing Ikan di Lumpur Sidoarjo (Lapindo), Kok Bisa sih… Aneh!

9 Mei 2014   20:46 Diperbarui: 4 April 2017   18:05 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sidoarjo, akhir April 2014. Saya tercengang melihat ‘keajaiban’ yang berlangsung di kawasan semburan lumpur. Bukan karena semburannya yang konon mencapai ketinggian hingga 15 meter, tapi ada pemandangan yang selama ini diluar nalar logis saya.

Ganjil, bisa disebut begitu. Ya setidaknya berbeda 180 derajat dengan logika dan kabar yang selama ini diberitakan media massa. Biar gak disebut lebay ceritanya begini gan….

Karena urusan pekerjaan, saya ke Surabaya dan Sidoaro. Ketika mendarat di Surabaya terbersit keinginan untuk melihat lokasi semburan lumpur. Hari pertama dan kedua sibuk dengan tugas. Meski bolak-balik melintasi area semburan lumpur Sidoarjo, saya gak sempat mampir.

“Mudah-mudahan hari terakhir, hari ketiga deh bisa mampir,” saya  hanya berkata dalam hati ketika melalui jalan raya disamping tanggul lumpur yang begitu panjang.

Jreng…. Kerjaan selesai, mampir deh! Tiba di tanggul disamping jalan raya, saya disambut beberapa orang, yang menawarkan jasa ojek keliling tanggul. “Wisata lumpur mas,” kata mereka.

“Aih…., ” dalam hati “bisa aja nih mereka memanfaatkan peluang.” “Oke Cak berapa ongkosnya,” tanya saya sedikit berlogat jawa timuran, maksudnya biar dikasih murah hehehehe. “Tiga puluh ribu mas,” kata pria berperawakan tambun yang mengaku bernama cak Winardi.

“Oke tarik Cak….” Berkelilinglah daku diatas tanggul lumpur, hemmmmm… luas sekali, konon tiga kecamatan rata direndam lumpur, gilee bener…. Bisa berapa lapangan bola tuh.

Eit… saat sedang asyik menikmati padang lumpur dan sambil mendengarkan tourguide (cak ojek Nardi) bercerita soal rumahnya yang terendam, tiba2 mata ini terantuk pada pemandangan menakjubkan.

Di salah satu sisi lautan lumpur ada sekitar sepuluhan orang memegang kail. “Wess…. Lelucon apa sandiwara ini!” gumamku. “Cak, Cak, tolong antarkan saya kesana ke tempat orang yang mancing itu,” pintaku kepada Cak Nardi.

Saya mencoba menyapa, sambutan mereka kurang begitu ramah. “Darimana Mas,” bertanya dengan nada yang sedikit menelisik dan membentengi diri. “Wisata lumpur Pak, saya dari Jakarta,” jawab saya sekenanya. “Oh….” sambutnya sambil kembali terlihat konsentrasi ke joran.

Saya pun mengeluarkan kamera DSLR. Berniat ingin mengabadikan momen yang menurut saya langka. “Jangan di foto Mas,” teriak salah satu dari mereka. Saya kembali memasukkan kamera ke tas. Perlahan saya keluarkan ponsel saya dari saku.
Saya berpura-pura membaca SMS, namun sebenarnya menyiapkan kamera ponsel. Ku ambil gambar beberapa scene tanpa mereka tahu. “Hihihi… maaf ya Pak, saya ambil gambar cuma buat oleh-oleh.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun