Mohon tunggu...
Maunah Saja
Maunah Saja Mohon Tunggu... -

Belajar itu bisa dari siapa saja dimana saja :-)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Situs Menarik di Jerman yang Sayang untuk Dilewatkan

17 Juni 2014   22:07 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kami cukup beruntung, meski waktu luang yang kami miliki tidak banyak, tetapi di waktu yang singkat itu kami masih bisa mengunjungi dan menikmati beberapa situs penting di Jerman. Diantaranya adalah Brandenburger Tor (Brandenburg Gate) yang menjadi simbol persatuan Jerman, gerbang ini berdiri dengan perkasa. Tidak jauh dari tempat ini terdapat monument Holocaust, atau Memorial To The Murdered Jews Of Europe atau disebut jugaHolocaust Memorialyang digadang-gadang menjadi saksi bisu kekejaman yang diterima oleh masyarakat yahudi. Bentuk di luarnya kotak-kotak seperti peti mati, kita bisa main petak umpet di antara kotak-kotak ini. Sementara di dalamnya, di bawah tanah, suasana terasa mencekam. Apalagi saat pengunjung melihat surat-surat, berita dan berbagai pengakuan terkait kejadian pembantaian. Saya sendiri tidak tahan untuk tidak menangis membaca surat-surat itu. Kami jugamengunjungi Gereja Buntung. Disebut gereja buntung karena ujung gereja terkena bom saat perang dunia II, dan bentuk gereja tidak diperbaiki sampai sekarang untuk mempertahankan orisinalitasnya.

Selain itu, kami juga sempat berkeliling ke Pergamon Museum. Di Museum Pergamon pengunjung dapat melihat koleksi barang antik Yunani dan Babilonia, termasuk Ishtar Gate yang memesona dan Altar Pergamon yang megah. Pergamon sendiri merupakan sebuah kota Yunani kuno yang berada di Bergama, Turki. Museum Pergamon juga mengoleksi karya-karya seni Islam dan Timur Tengah.

Kami juga mengunjungi Masjid Sehitlik, Masjid Usmani bergaya Turki. Sebuah masjid yang didampingi oleh dua buah menara kembar yang berdiri dengan indahnya di kota Berlin, Jerman. Masjid yang bernama Masjid Sehitlik ini berada di jalan Columbiadamm di wilayah Tempelhof, sebuah wilayah yang terletak di tengah kota Berlin.

Masjid ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Hubungan diplomatik antara Kekhalifahan Turki Usmani dan Negara Jerman yang waktu itu masih bernama Kerajaan Prusia melatarbelakangi pendirian masjid ini. Sejarahnya berawal ketika seorang duta besar dari Kekhalifahan Turki Usmani yang bernama Ali Aziz Efendi meninggal dunia di Berlin pada tahun 1798. Raja Prusia saat itu, Friedrich Wilhelm III, kemudian memberikan sebidang tanah di Tempelhof untuk dijadikan sebagai tempat pemakamannya. Sejak saat itu, lahan ini kemudian menjadi tempat pemakaman muslim.

Seiring berjalannya waktu, kompleks pemakaman ini terus mengalami perluasan hingga mencapai 2.550 meter persegi. Pada saat Perang Dunia I, beberapa tentara Turki yang mengalami luka-luka dikirim ke Jerman untuk dirawat. Beberapa tentara yang meninggal dalam proses perawatan akhirnya dimakamkan di kompleks pemakaman ini. Dengan latar belakang inilah kompleks pemakaman tersebut dinamai dengan bahasa Turki, yaitu “sehitlik” yang berarti pemakaman para syuhada. Baru pada tahun 1983, di dalam kompleks itu didirikan sebuah masjid yang bernama Masjid Sehitlik.

Ketika memasuki ruang shalat utama, kita akan dimanjakan oleh keindahan interior masjid yang dihiasi oleh berbagai hiasan khas gaya Usmani klasik, diantaranya adalah sebuah mihrab berukir dan mimbar tinggi yang terbuat dari batu marmer sebagai tempat untuk khatib berkhutbah. Sebuah lampu hias besar menggantung di kubah utama. Bagian pusat dari kubah utama ini dihiasi kaligrafi surat Al-Ikhlas yang terbuat emas 23 karat. Kaligrafi bahasa Arab bertuliskan nama Allah, Muhammad, Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Hassan, dan Hussain menghiasi bagian atas kedelapan pilar penyangga kubah utama. Setiap dinding masjid dihiasi oleh berbagai kaligrafi bahasa Arab dan hiasan berbentuk tumbuhan atau geometri. Batu marmer yang digunakan untuk pembangunan masjid ini ditambang dan diproses di Pulau Marmara, sedangkan keramiknya didatangkan dari kota Iznik di Turki.

Tidak ketinggalan, kami juga mengunjungi Kastil dan Jembatan Tua Heidelberg. Kota tua nan romantis dan mempesona. Saat berada di Heidelberg, kita seperti sedang berada di negeri dongeng. Berdirinya kastil ditetapkan pula sebagai hari jadi kota Heidelberg. Dokumen kota itu ditemukan kali pertama pada 1196 dan 1225 dikenal dengan nama Heidelberg.Di tempat ini, kami juga mengunjungi ruang penyimpanan anggur. Ada tong anggur ukuran raksasa di tempat ini. Selain itu, kami juga mengunjungi gedung parlemen Jerman yang unik dengan kubah kacanya. Kami naik ke kubah gedung ini setelah menapaki tangga spiral yang disediakan. Di gedung parlemen atau biasa disebut Der Reichstag ini, kami juga melihat daftar nama para anggota parlemen Jerman yang disusun di kotak-kotak persegi. Hal lain yang menaik adalah, saat kami berada di tempat pertemuan dengan Camile Giousouf, perempuan anggota parlemen muslim pertama dari partai Kristen Jerman, di lobi tempat pertemuan, ada satu dinding yang didekorasi dengan berbagai jenis sampul buku dengan berbagai judul dan warna. Sangat menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun