Mohon tunggu...
Monique Rijkers
Monique Rijkers Mohon Tunggu... profesional -

only by His grace, only for His glory| Founder Hadassah of Indonesia |Inisiator Tolerance Film Festival |Freelance Journalist |Ghostwriter |Traveler

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Bagi-bagi Duit untuk BUMN

11 Februari 2015   17:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:26 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika sebagian besar rakyat Indonesia baru bangun pagi ini, anggota DPR Komisi VI dan Menteri BUMN Rini Soemarno mungkin masih tertidur pulas setelah rapat lima jam yang baru selesai dini hari tadi. Rapat tertutup semalam itu disebut-sebut telah menyetujui pembagian alokasi anggaran Penyertaan Modal Negara untuk BUMN yakni:

PT Hutama Karya Rp 3,6 triliun

PT Aneka Tambang Rp 3,5 triliun

PT Waskita Karya Rp 3,5 triliun

PT Perkebunan Nusantara III: Rp 3,5 triliun.

Perum Bulog Rp 3 triliun

PT KAI Rp 2,750 triliun

PT Perusahaan Pengelola Aset Rp 2 triliun

PT Angkasa Pura II Rp 2 triliun

PT Pelindo IV Rp 2 triliun

Perum Perumnas Rp 2 triliun

PT Adhi Karya Rp 1,4 triliun

PT Permodalan Nasional Madani Rp 1 triliun

PT ASDP Rp 1 triliun

PT Krakatau Steel Rp 956 miliar

PT Dok Kodja Bahari Rp 900 miliar

PT Pindad Rp 700 miliar

PT Pelni Rp 500 miliar

PT Pertani Rp 470 miliar

PT Sang Hyang Seri Rp 400 miliar

PT Dirgantara Indonesia Rp 400 miliar

PT Garam Rp 300 miliar

Perum Perikanan Nusantara Rp 300 miliar

PT Pengembangan Pariwisata Rp 250 miliar

PT BPUI Rp 250 miliar

PT Perikanan Nusantara Rp 200 miliar

PT Dok Perkapalan Surabaya Rp 200 miliar

PT Industri Kapal Indonesia Rp 200 miliar

Total PMN disetujui Rp 37,276 triliun. Sebelumnya dalam dokumen Nota Keuangan dan Rancangan APBN Perubahan (RAPBNP) 2015 yang diusulkan ke parlemen, pemerintah menganggarkan PMN sebesar Rp 72,97 triliun bagi 40 BUMN. Sejumlah BUMN yang tidak kebagian dana bancakan adalah: PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, PT Bank Mandiri (usulan Rp 5,6 triliun), PT Djakarta Lloyd (usulan Rp 350 miliar), PT Rajawali Nusantara Indonesia (usulan Rp 280 miliar) dan yang menarik PT Sarana Multi Infrastruktur yang semula kebagian jatah terbesar yaitu Rp 20,356 triliun malah tidak mendapat sepeser pun. Alasan memberikan dan tidak memberikan dana ini mungkin menarik untuk diulas karena misalnya saja, PTPN XI mengalami kebangkrutan dengan indikasi hutang mencapai Rp 1 triliun. Sialnya, PTPN XI yang membeli tebu petani inipun tak sanggup lagi membayar dana talangan kepada petani. Ujung-ujungnya petanilah yang merugi tanpa dana PMN tersebut.

Terlepas dari siapa yang kebagian dan tidak kebagian, memang keputusan Pemerintah Jokowi mengalokasikan dana APBN 2015 untuk PMN membengkak dari yang semula cuma Rp 7,3 triliun menjadi Rp 72,97 triliun. Kenaikan PMN sebesar Rp 67,8 triliun tersebut hampir setengahnya berasal dari dana utang baru. Selain itu, jika mau balik ke perbandingan dengan era SBY maka dulu hanya empat BUMN yang menerima PMN dengan nilai Rp 5,1 triliun. Jadi pemerintah Jokowi mengalokasikan lebih banyak untuk BUMN dibandingkan pemerintah era SBY. Alokasi dana sebesar itu untuk BUMN tentu menjadi pertanyaan, apalagi selama ini BUMN kita itu bisa dibilang tidak balik memberikan duit untuk negara. Dari kurun waktu 2010 - 2013, anggaran negara memberikan PMN ke BUMN sebesar Rp.269,7 triliun, dan keuntungan yang disetorkan kepada negara hanya sebesar Rp.123 triliun‎ (http://www.jpnn.com/read/2015/01/23/283215/Dicap-Antirakyat,-%E2%80%8ERAPBN-Jokowi-Dibandingkan-dengan-Punya-SBY).

BPK memang mesti bolak-balik memeriksa pengalokasian dana negara tersebut karena ujung-ujungnya duit pajak rakyatlah yang digunakan dan alokasi subsidi jadi berkurang karena dana yang tersedia (atau tepatnya utang yang ada) terserap untuk BUMN. BUMN yang isinya orang partai itu lho *kedip sebelah mata. Kata teman saya yang memberikan info data bancakan duit BUMN di atas, "ongkos politik di Indonesia mahal sekali." Hmmm, meski presidennya presiden pilihan rakyat namun nyatanya tetap merangkap jadi petugas partai dan pakai duit rakyat lagi untuk ongkosi para politisi yang diharapkan mendukung presiden.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun