Perkenalkan inilah blusukan.de.
Blusukan ala Jerman ini digagas oleh Kaspar Situmorang, lulusan pasca sarjana yang tinggal di kota Mülheim an der Ruhr, Jerman. blusukan.de adalah nama sebuah situs berita berbahasa Indonesia yang ditujukan bagi sekitar 15.000 warga Indonesia yang berada di Jerman. Kaspar mengasumsikan sekitar 40 persennya yaitu 6000 orang belum memiliki kemampuan bahasa Jerman yang mumpuni. “Nah, mereka ini ingin mengkonsumsi berita-berita seputar Jerman namun apa daya kendala bahasa menghadang. Ini yang mendorong kami untuk membangun platform ini.”
Rupanya alasan Kaspar memilih nama “blusukan” tak berkaitan sama sekali dengan Jokowi. Dulu di Indonesia Kaspar pernah bekerja sebagai IT Manager di perusahaan Jepang, di kantor lama ini teknik manajemen yang digunakan bernama "Genba Shugi" atau turun kebawah memeriksa dan menyerap aspirasi rekan kerja atau klien. “Ternyata sekarang saya lihat istilah itu sudah bermetamorfosis dengan nama terkenal "blusukan". Tujuan kita blusukan alias turun kebawah itu tidak lain adalah agar frekwensi kita selalu sama dengan warga Indonesia lainnya yang tersebar di seluruh tanah Jerman. Kalau frekwensinya sudah sama, seperti radio, maka semua bisa lebih harmonis.
Peresmian “blusukan.de” berlangsung pada 18 Januari 2015 lalu di rumah Kaspar dan istrinya Degrita Tetelepta, dihadiri beberapa rekan kontributor. Sebagai tahap awal, ada enam kontributor yang rutin menulis empat artikel per hari. Seluruh kontributor diberi gaji yang sesuai dengan kualitas dan tingkat kesulitan untuk menghasilkan artikel itu. Kaspar mengaku tidak ada penulis khusus, semuanya masih belajar menulis karena semua yang terlibat berlatar belakang insinyur teknik. Kaspar menjelaskan, “Saya sendiri sedang bekerja di RWE, perusahaan energi terbesar ke-2 di Jerman pada saat ini. Namun, hal tersebut tidak mengurangi minat kami dalam memulai platform ini.” Agar bisa menulis, para insiyur teknik ini dipaksa belajar otodidak mengenai bidang dan kategori yang menarik menurut masing-masing kontributor.Kaspar mengaku mengadopsi konsep PREP (Point Reason Example Point) dalam menulis artikel yang dimuat di blusukan.de.
Meski terhitung baru muncul di dunia maya, respons yang diperoleh cukup baik. Dalam empat hari pertama, kalau merujuk ke Google Analytics (software yang mencatat berapa banyak orang yang melihat sebuah situs) pengunjungnya baru sekitar 300 user per hari atau sekitar 3000 page view per hari atau sekitar 500 view per jam. Namun uniknya dalam empat hari belakangan saya sering dapat pesan dari teman-teman di kota lain, misalnya Köln untuk meliput berita ini dan itu. Kaspar sangat terbantu dengan bantuan sumber-sumber berita yang diberikan oleh rekan-rekan kerja Kaspar yang semuanya orang Jerman. Seorang temannya berujar, "Banyak ya orang Indonesia di Jerman, Kaspar?."
Kaspar berharap blusukan.de dapat menginspirasi warga Indonesia di Jerman melalui berita-berita yang ditampilkan. Ia memastikan situs berita ini non-partisan, bebas dari kepentingan tertentu. Kelak, Kaspar akan membuat franchise di negara lain yang banyak warga Indonesianya namun tingkat pemahaman untuk bahasanya sulit. “Kalau bahasa Inggris kan tidak sulit ya hahaha.” Kaspar mencontohkan di negara Belanda (blusukan.nl), Hongkong (blusukan.hk), Korsel (blusukan.sk), Taiwan (blusukan.tw), UAE (blusukan.ae), Jepang (blusukan.jp) dan Arab Saudi (blusukan.sa).
Kaspar berharap banyak pebisnis yang tertarik beriklan di situs ini karena tarifnya relatif terjangkau. Setiap iklan ukuran sedang (300px x 600px) per-1000 view-nya hanya 2,5 EUR - 3 EUR.
Semoga sukses seperti kompasiana ya blusukan di negara-negara.[]
Catatan: wawancara dilakukan melalui email.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H