Mohon tunggu...
Monique Rijkers
Monique Rijkers Mohon Tunggu... profesional -

only by His grace, only for His glory| Founder Hadassah of Indonesia |Inisiator Tolerance Film Festival |Freelance Journalist |Ghostwriter |Traveler

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelangi di Atas New York

28 September 2015   15:11 Diperbarui: 28 September 2015   17:18 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

PELANGI DI ATAS NEW YORK PADA 11 SEPT 2015. FOTO: BEN STURNER. SUMBER: EXPRESS.CO.UK

 

Foto ini saya temukan di situs Express.co.uk beberapa hari lalu. Keindahan yang difoto oleh warga Long Island Ben Sturner ini bagi saya sungguh bermakna. Bermakna sangat dalam karena terjadi pada 11 Sept 2015. Hari itu seluruh Amerika dan banyak warga dunia kembali mengingat peristiwa runtuhnya dua menara kembar WTC akibat terorisme 14 tahun lalu. Di tengah suasana duka Peringatan 11 Sept itu, pelangi muncul di langit. Lalu apa istimewanya?

Di Kitab Suci, terdapat beberapa ayat yang memuat kata pelangi, seperti di Yehezkiel 1:28 "Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN."

Selain menggambarkan kemuliaan TUHAN, pelang merupakan tanda perjanjian antara TUHAN dan Nabi Nuh pasca air bah. "BusurKu Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi." (Kejadian 9:13). "Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjianKu yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi."(Kejadian 9:16). 

Karena mengingatkan pada perjanjian dengan TUHAN inilah yang membuat saya menilai "Pelangi Jepretan Ben Sturner" ini memenuhi kriteria istimewa di mata saya. TUHAN menghibur para keluarga korban melalui sebuah busur berwarna di langit. Kehilangan anggota keluarga bukanlah akhir karena ada kekekalan di ujung sana, menanti kita semua.[]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun