Mohon tunggu...
Monika Sebentinabr
Monika Sebentinabr Mohon Tunggu... Administrasi - Love your self

Saya sangat suka menulis puisi, cerita , membaca serta menyanyi. Impian saya menjadi penulis terkenal.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Trust Issue Masyarakat yang Makin Menurun (Terbongkarnya Bobrok Para Pejabat Negara)

26 Februari 2023   11:52 Diperbarui: 26 Februari 2023   13:32 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih segar di ingatan masyarakat bagaimana kasus pembunuhan berencana Brigadir Joshua yang di ketuai langsung oleh  mantan perwira tinggi Polri yaitu Ferdy Sambo, S.H. Kini kasus serupa muncul kembali dengan pemeran utama yang masih terbilang cukup muda.  Mario Dandy Satrio ( 20 ) yang merupakan anak dari pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo kini harus menjadi tersangka kasus penganiyayan terhadap David Latumahina ( 17 ) anak dari Jhonatan Latumahina, yang merupakan orang penting di GP Ansor.

Kejadian ini bermula dari aduan seorang perempuan berinisial A ( 15 ) kepada Mario ( 20 ) yang merupakan kekasihnya, bahwa dia mendapatkan perlakuan tidak baik dari David ( 17 ) yang juga adalah mantan kekasih A ( 15 ).  Karena terbakar api cemburu dan provokasi dari A ( 15 ), akhirnya Mario ( 20 ) melakukan tindakan penganiyayan terhadap david ( 17 ).  Akibat penganiyayan tersebut David harus menjalani perawatan secara intensif, akibat luka serius dibagian kepala dan leher korban.  Kini Mario telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penganiyayan.

Melalui kasus pembunuhan Brigadir J dan penganiyayan terhadap David, tabir yang menutup rapat kebobrokan para pejabat negara kini mulai tersingkap. Kasus yang baru-baru ini terjadi pada akhirnya membongkar satu persatu aib yang ditutup sedemikian baiknya oleh pejabat-pejabat negara. Penganiyayan terhadap David membuka tirai kebanaran bagaimana gaya hidup anak-anak pejabat negara yang tidak sesuai dengan tingkat gaji yang diterima oleh orang tuanya.

Akhirnya terbongkarlah semua fakta-fakta yang ada. Mulai dari kendaraan Rubicorn yang dimiliki oleh Mario ternyata berplat palsu dan menunggak pajak hingga kekayaan ayahnya yang merupakan pejabat pajak ditaksir senilai 56M lebih ditinggi dibanding pejabat pajak lainnya. Jika dipikir secara logika bagaimana mungkin seorang pejabat pajak memiliki tingkat kekayaan sebanyak itu, kecuali mereka sejak awal sudah memiliki penghasilan dari usaha pribadi sendiri.  Aib lain yang mulai terbongkar adalah ternyata hampir keseluruhan pengawai pajak dan kemenkue tidak melaporkan LHKPN mereka. 

Stigma masyarakat terhadap pejabat pajak kini perlahan-lahan mulai berkurang. Akibat dari ulah salah satu anak dari pejabat pajak yang secara tidak langsung membongkar kebobrokan pejabat di negara ini. Gaya hidup mereka yang terbilang mewah sangat tidak sebanding dengan pendapatan atau penghasilan orang tua mereka sebagai seorang pejabat. Hal ini akan menimbulkan banyak pertentangan di kalangan masyarakat apakah kekayaan yang mereka dapatkan bersih atau justru dari keringat rakyat yang diperas untuk membayar pajak.

Apalagi sekarang masyarakat baik itu UMKM atau Pengusaha Besar dalam tenggang waktu hingga akhir maret harus melakukan pelaporan SPT tahunan pribadi. Secara tidak langsung melalui kasus ini mereka akan berfikir negatif terhadap pelaporan SPT dan pembayaran pajak yang mereka lakukan apakah pajak tersebut digunakan sebaik mungkin untuk kemajuan dan perkembangan negara atau malah disalahgunakan secara massal untuk mempertebal kantong sendiri.  

Kasus ini menambah trust issue bagi masyarakat bahwa berhadapan dengan pajak itu sangat menakutkan. Belum lagi praktek dilapangan, bagaimana pegawai pajak yang suka memberikan stigma negatif bahwa tidak membayar pajak atau tidak melaporkan harta mereka akan dikenakan hukuman pidana. Hal ini justru membuat masyarakat sangat enggan berurusan dengan pajak. Jika dilihat secara umum Direktorat Jendral Pajak hanya terlalu banyak berteori dimedia sosial dengan mengatakan untuk tidak takut pajak. Tapi sebenarnya pegawai dan pejabat pajak itu sendirilah yang banyak melakukan tindakan untuk menakuti masyarakat akibat dari tidak taat pajak. Bukannya memberikan sosialisasi tentang manfaat membayar pajak tapi mereka justru lebih cendrung mengatakan akibat tidak membayar pajak.

Sebagai contoh ketika terjadinya pemeriksaan pajak pada salah satu perusahaan wajib pajak . Pegawai pajak yang ditunjuk sebagai pemeriksa pajak lebih cendrung bersikap arogansi dan menakuti, seolah-olah wajib pajak tersebut adalah seorang pencuri. Tidakkah kah seharusnya sebagai pemeriksa pajak lebih ramah dan memberitahukan apa yang menjadi kesalahan wajib pajak jika memang terdapat kesalahan pelaporan. Sehingga dengan demikian wajib pajak lebih teratur dalam melaksanakan perpajakan.

Harapan kedepannya dari permasalahan ini adalah agar Direktorat Jendral Pajak lebih teliti lagi kepada pejabat pajak dan pegawainya . Dalam mengayomi masyarakat agar taat pajak diberikan sosialisasi yang lebih baik lagi dengan cara-cara yang lebih ramah dan meninggalkan kesan arogan di pegawai pajak.  Bukankah pajak merupakan kontribusi masyarakat untuk pembangunan negara yang hasilnya juga dinikmati oleh kepentingan rakyat. Bagaimana bisa mereka mencuri dari hasil kerja keras sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun