Dulu puluhan penyanyi cilik selalu muncul di layar televisi, terutama pada hari Minggu, ada acara khusus untuk lagu anak-anak. Saya benar-benar menikmati masa kecil saya dengan bermain dan bernyanyi. Tapi kini apa yang terjadi? Lagu anak-anak bagaikan hilang di telan masa.Saat ini, anak-anak kita sudah tidak lagi mendapatkan suguhan musik yang sesuai dengan dunianya.
Gencaran arus globalisasi telah memaksa mereka untuk mendengarkan musik yang sesuai dengan permintaan pasar. Ini boleh jadi bukanlah persoalan besar bagi anak-anak kita, namun ada pergeseran budaya yang sebenarnya mengancam eksistensi masa depan generasi muda kita. Dulu sangat banyak tercipta lagu anak anak yang sangat mendidik untuk anak anak, sehingga dulu anak anak cepat menangkap pengetahuan yang baru. Tetapi sekarang sudah tidak ada lagi yang menciptakan lagu anak anak, kenapa ? karena sekarang orang orang lebih banyak menciptakan lagu tentang cinta, lagu tentang perasaan dll. Sehingga anak anak sekarang pun menjadi tertarik untuk menyanyikan lagu tersebut yang membuat mereka lupa akan lagu anak anak yang seharusnya mereka nyanyikan dan mereka serap makna dari lagu itu.
Sekarang yang mereka tau hanya lagu tentang cinta yang sebenar nya tidak ada bagusnya sama sekali untuk mereka nyanyikan, bahkan banyak dari anak anak sekarang yang sudah bisa memaknai sebuah lagu tentang percintaan tetapi dia tidak tau makna dari lagu "ambilkan bulan bu", "naik naik ke puncak gunung", "potong bebek angsa", dll. Mereka pasti menganggap bahwa lagu anak anak ini tidaklah penting untuk "pergaulan" mereka tetapi mereka salah. Dengan mengetahui lagu lagu anak dan menyerap baik baik makna yang terkandung di dalam nya maka kita pun dapat hidup lebih baik karna sudah mendapat pembelajaran berharga dari lagu anak anak tersebut.Lagu adalah proses pembelajaran menghafal yang mengasikkan. Tidak heran jika dalam pembelajaran Islam (pesantren) banyak menggunakan nadhoman (syair yang berirama) untuk mengajarkan tentang rumus-rumus dan kaidah-kaidah dalam ilmu pengetahuan agama.
Meskipun pembelajaran musik saat ini masih banyak dilaksanakan di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya, namun harus diakui bahwa hal tersebut masih kalah dengan hegemoni musik popular yang dapat mereka dengarkan melalui televisi, handphone dan sebagainya. Sehingga anak lebih hafal menyanyikan lagi "Iwak Peyek", yang menurut saya - mohon maaf- tidak mempunyai nilai pendidikan sedikitpun, dari pada lagu "Satu Nusa Satu Bangsa" misalnya, yang mengajarkan nilai dan semangat persatuan.
Inilah dunia anak yang hilang. Redup tertelan derasnya arus globalisasi yang hegemonik. Di saat musik harus berhadapan dengan komersialisasi, maka selera pasarlah penentu trend musik yang ada. Dan jika demikian paradigmanya, lagu-lagu anak akan selalu terpinggirkan dan hilang ditelan zaman. Dan pada saatnya nanti anak-anak kita harus siap untuk dikarbit, dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya. Lagu anak yang menyenangkan dan membelajarkan sudah digeser oleh lagu-lagu popular yang bernuansa percintaan, dan terkadang bengal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H