(Penyelesaian Konflik Antara Orang Tua dan Anak Dalam Perspektif Budaya Indonesia)Â
Konflik dalam hubungan antar pribadi merupakan hal yang tidak dapat terhindarkan dan pasti terjadi begitu pula dalam hubungan keluarga antara orang tua dan anak. Konflik dalam keluarga dapat dipicu oleh beberapa hal salah satunya adalah perbedaan pendapat dan pandangan entah itu tentang hal kecil seperti pendapat akan jenis makanan, dekorasi rumah, hingga prinsip hidup, penentuan pendidikan dan prioritas pekerjaan. Sebagaimana makna konflik itu sendiri menurut Nurdjana (1994, dikutip dalam Wahyudi, 2015) yang didefinisikan sebagai akibat dari adanya perbedaan kehendak atau keinginan yang berlawanan satu sama lain yang menyebabkan salah satu atau keduanya merasa terganggu.Â
Carpenter dan Halberstadt (Carpenter & Halberstadt, 2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa pemicu konflik dalam keluarga dalam pandangan orang tua dianggap karena anak tidak patuh atau melawan perintah orang tua. Sedangkan bagi anak, pemicu konflik karena menganggap orang tua tidak mendukung mereka memperoleh apa yang mereka inginkan.
 Dalam konteks konflik karena perbedaan pandangan, seorang anak akan cenderung untuk mempertahankan pendapat yang dirasa benar ketika berdebat dengan orang tua. Terlebih ketika merasa pandangan orang tua terlalu kuno dan menghadapi orang tua yang cenderung protektif. Saat anak berusaha mempertahankan pendapatnya, tak jarang disertai dengan perdebatan hingga berujung pada timbulnya konflik.Â
Lantas bagaimana cara anak menyikapi perdebatan dengan orang tua terkait perbedaan pendapat ini? Â
Dalam budaya barat mempertahankan pendapat dalam bentuk adu argumen merupakan suatu hal yang wajar dilakukan meskipun dalam konteks komunikasi dengan orang tua. Namun, lain halnya dalam budaya timur (Indonesia) yang pada umumnya sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan terhadap orang tua. Dalam perspektif budaya Indonesia menghormati dan menaati perintah serta perkataan orang tua merupakan bentuk pelaksanaan norma agama dan kesopanan terhadap orang tua.Â
Untuk itu hal pertama yang perlu kita lakukan sebagai anak dalam menghadapi konflik dengan orang tua adalah memahami konteks daerah dan budaya di mana ia berada. Sebab budaya sangat mempengaruhi sistem komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Budaya menentukan bagaimana kita mengukur kebenaran dan keburukan. Â Dengan pemahaman akan konteks budaya yang tepat kita akan memiliki pilihan yang tepat untuk menentukan perilaku apa yang harus dilakukan. Â Â
Selain itu, beberapa hal di bawah ini juga menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi perdebatan dengan orang tua, agar dapat meminimalisir konflik dalam keluarga:
- Menahan diri Dengan Menjadi Pendengar yang Baik
Setiap orang tentu akan merasa dihargai saat didengarkan, begitu juga dengan orang tua. Ketika masuk dalam perdebatan dengan orang tua, berusahalah untuk tidak memberikan komentar ketika orang tua sedang menyampaikan pandangan mereka. Menjadi pendengar yang baik dan menunjukkan bahwa mereka dihargai dengan memperhatikan serta mencoba untuk memahami pandangannya juga mampu membantu menetralkan keadaan. - Patuh Pada Arahan Orang Tua
Menurut Vuchinich (1987, dikutip dalam Teonata, 2021) salah satu solusi menyelesaikan konflik dalam keluarga adalah dengan menjadi patuh. Patuh dalam hal ini adalah situasi dimana ada satu pihak yang mengalah dan mengikuti kehendak pihak lain. Pada kondisi ini, orang tua tentu membantu dalam memberikan saran yang baik bagi anak sebagai bentuk tanggung jawab dan kasihnya terhadap anak, untuk itu anak dapat menjadi pihak yang patuh sebagai bentuk kesopanan dan menghargai pandangan orang tua. - Â Mendiskusikan Permasalahan Saat Situasi Lebih Tenang
Berdebat dalam kondisi penuh amarah menjadikan situasi semakin rumit bahkan kadang kala membuat perkataan yang diucapkan tidak dapat terkontrol yang kian memperkeruh keadaan. Jika merasa saran dari orang tua belum sejalan dengan apa yang diinginkan, maka tunggu hingga situasi sedikit lebih tenang atau bisa saja berusaha mencairkan suasana. Setelah amarah orang tua menjadi lebih reda, ajak mereka berdiskusi dengan lebih santai. -  Meminta Maaf Â
Jika sebelumnya kamu sempat menjawab perkataan orang tua jangan lupa untuk kembali meminta maaf untuk perbuatan tersebut saat situasi sudah lebih tenang. Jangan terburu-buru meminta maaf ketika orang tua sedang berbicara, karena itu menunjukkan bahwa kamu tidak menghargai perkataan yang sedang disampaikan orang tua. Sampaikan permintaan maaf ketika orang tua telah menyelesaikan perkataannya dan dalam situasi yang lebih damai.
Konflik karena perbedaan pendapat memang merupakan sebuah hal yang tidak dapat dihindari, namun jika dapat dikelola dengan cara yang tepat justru dapat menjadi media pembelajaran untuk terus bertumbuh dan mendorong keterbukaan diri serta penerimaan dalam hubungan keluarga. Komunikasikan permasalahan dan perdebatan dengan cara yang benar serta pada waktu yang tepat agar permasalahan menjadi bumbu yang indah dalam memperkaya cita rasa hubungan keluarga.