"Selagi bergaya tidak membayar bergayalah", tutur adikku disambut tawa. Kebudayaan Minangkabau merupakan salah satu pesona budaya yang tak boleh dilewatkan untuk dinikmati dan diabadikan.Dengan busana seperti ini bukti bahwa kita sudah berkunjung di destinasi wisata yang terkenal di Sumatera Barat. Ditanggung tidak kalah seru, seperti kalu kita mengenakan pakaian adat pun nasional milik negara lain. Indonesia itu maha kaya, mari kita mempromosikannya.
Istana Pagaruyung memiliki hamparan halaman yang begitu luas yang dihiasi rmah adat yang lebih kecil dan ditanami tanaman membuat asri dan indahnya suasana. Istana ini terletak di Kecamatan Tanjung Emas termasuk wilayah kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Konon Istana ini pernah terbakar tapi di renovasi lagi, demikian tutur juru foto yang mengabadikan gaya-gaya kami. Meskipun sudah ada HP untuk memotret, namun perlu juga membuat foto dengan kamera yag bagus gitu lo, dan memberi rejeki pada saudara setanah air, he..he..he.

Istano Basa menyimpan jejak sejarah Meskipun yang kami kunjungi saat ini merupakanreplika dari istana yang asli, tapi tidak mengurangi keindahan dan keasliannya. Konon istana yang asli dulu terletak di atas bukit Batu Patah. Tragisnya, Istana Pagaruyung terbakar habis pada tahun 1804 pada jaman pemerintahan Belanda dalam kerusuhan berdarah. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar pada tahun 1966.
Bangunan baru ini tidak didirikan di lokasi istana yang asli, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat, Harun Zain yang saat itu menjabat., meletakkan batu pertama pada kontruksi Istana Basa, yang biasa disebut peletakan tunggak tuo (tiang utama)
Istana Pagaruyung jika dilihat dari luar, maka akan tampak bangunan yang memanjang dengan bagian yang lebih tinggi diujung kanan dan kirinya. Istana ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama berupa ruangan luas yang memajang berbagai benda dalam etalase, kamar-kamar, dan sebuah singgasana dibagian tengah.

Pada bagian tengah terdapat 7 kamar tidur untuk anak raja yang sudah menikah. Anak yang paling tua menempati kamar yang paling kanan, begitu seterusnya sampai anak yang termuda menempati kamar yang berada paling kiri. Tepat ditengah ruangan, persis di depan pintu masuk terdapat sebuah singgasana yang disebut sebagai Bundo Kanduang ( Ibu Kandung ) karena yang duduk di sana memang ibunda raja. Sangat menarik untuk diketahui dan dipelajari
Kami masuk dalam ruangan atas, di sini ada pelbagai spot yang menggmbarkan tempat-tempat penting dalam tradisi Minangkabau, ada kamar pribadi, tempat pengantin dan ruang lainnya yang tak kalah menarik. Para pengunjung diijinkan untuk menggunakan sarana yang ada untuk membuat foto kenangan, luar biasa kan?

Jika kita memasukki pintu masuk ada bagian yang disebut "Anjuang" yah semacam teras, dan keberadaan ajuang menjadi ciri khas Rumah di Minangkabau, sering disebut Koto Pilliang. Ada yang disebut Anjuang Rajo Babandigan dan ada yang dinamakan anjuang Perak yang fungsinya sebagai tempat kehormatan bagi keluarga kerajaan.