Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 16 Yoganidra 7

29 Juli 2021   09:39 Diperbarui: 29 Juli 2021   10:25 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yoganidra ( 7 )

Cerita  sebelumnya :

Biasanya aku mengendarai kuda dengan santai dan cepat sampai istana. Namun perjalankan kali ini terasa begitu lama walau Gagah Lintang lari secepat kilat. Sesampai istana aku langsung menghadap Romo Prabu. Kebetulan ada Ibunda Ratu, Paman Narotama, dan Bibi Sekar Tanjung .( Bersambung  )

Kuceritakan semua yang kualami selama di perjalanan, bahwa aku dicegat oleh Lembu Suro yang mengatakan akan meminangku. Mendengar nama Lembu Suro, keempat orang junjunganku terperanjat dengan mukanya memerah padam, bahkan ibundaku dan Bibi Sekar Tanjung pucat pasi.

Romo mulai bicara memecah keheningan. "Putriku, Lembu Suro adalah seorang adipati dari kerajaan tetangga. Inilah yang Romo takutkan: dia berniat meminangmu! Sejak dulu Romo sudah mendengar sesumbarnya bahwa dia akan meminangmu, walaupun kamu masih kecil.

"Lembu Suro memang amat sakti. Hanya Mpu Barada yang mampu menandinginya. Romo Prabu pernah bertemu sekali, waktu itu kamu masih kecil, tapi dia sudah melihat keindahan dan budi luhur dalam dirimu."

Mendengar ucapan Romo Prabu, semua mengangguk-angguk, lalu paman

 Narotama angkat bicara.

"Ya Maha Prabu, Airlangga, aku juga pernah mendengar sesumbarnya

bahwa dia akan menikahi Sang Dewi, aku juga bergidik kalau mendengar

kiprahnya menaklukkan kerajaan-kerajaan tetangga lainnya.

 Dia orangnya suka bertengkar dan membuat masalah. Terus terang dan tidak mau mundur. Apa yang diinginkan mesti terkabul, kalau tidak dia akan marah dan menghalalkan segala cara."

Wajah ibundaku dan Bibi Sekar Tanjung semakin pucat pasi. Mereka bicara berbarengan, "Lalu bagaimana mengatasinya?" Dan mereka saling berpandangan, lalu menatapku.

"Kamu sendiri bagaimana, Putriku?" titah Romo memecah keheningan.

"Aduh Romo, Nanda terus terang sangat jijik dan tidak suka dengan omongan dan penampilanya yang kasar, Nanda tahu dia amat sakti, karena Gagah Lintang sontak berhenti ketika dia mencegatnya.

 Juga dia bilang bisa melihat wajah aku meskipun aku memakai cadar dan hanya mataku yang terlihat. Nanda tidak dapat berpikir saat ini, Nanda ingin hening dan mencari pencerahan."

"Baiklah putriku, mohonlah petunjuk pada Sang Hyang Widhi."

"Sedika dhawuh, Romo, Bunda, Paman Narotama dan Bibi Sekar Tanjung,

Nanda mohon diri."

Aku langsung pergi dan ingin membersihkan diri, sambil lewat menuju

keputren kupetik, bunga tujuh rupa: mawar, melati, kamboja, kenanga,

kathil, menur, dan tapak dara putih.

Ketujuh macam bunga itu kutebarkan di air mandiku agar keharumannya menghantarku untuk sujud samadi memohon petunjuk Sang Hyang Widhi. Kukenakan kemben serbaputih, dan aku masuk ke kamarku membakar dupa tabur dari kayu cendana, dan mulai bersemedi.

Hatiku sedih, kalut, namun pasrah, dan menyerahkan semuanya pada kehendak Sang Hyang Widhi. Mataku tetap terpenjam. Tanpa terasa, aku terlena seperti masuk ke dalam suasana tidur dan bertemu dengan seseorang tua berjenggot, yang badannya tampak kuat karena olah kanuragan. Aku menghatur sembah tanda hormatku.

Pria itu menatapku dengan ramah dan bertitah, "Jangan engkau khawatir, Sanggrama Wijaya Tungga Dewi. Aku dapat merasakan kesusahanmu, kau akan terbebas dari pinangan Lembu Suro apabila dia meminangmu nanti. Mintalah dia membuatkanmu sumur di atas Gunung Kelud, dan berilah dia waktu hanya semalam. Kalau dia tidak mampu menyelesaikannya dalam semalam, akan badar permintaannya untuk meminangmu!

"Tapi awas, si Lembu Suro itu amat sakti. Meskipun permintaanmu tidak mungkin terpenuhi, baginya mungkin bisa terjadi karena dia mempunyai banyak bala bantuan, teman pendukung. Mereka adalah makhluk halus, jin yang membuatnya sakti mandraguna.

"Ingatlah Dewi, kau harus punya banyak akal, kalau nanti tengah malam pembuatan sumur itu hampir selesai, mintalah tolong Sekar Tanjung untuk mengerahkan para putri dan warga desa untuk membakar sampah di kebun dan menabuh lesung seolah-olah pagi telah tiba. Rencanakan ini dengan matang. Kalau ingin berhasil, kamu harus mengelabui Lembu Suro, aku akan berusaha mengerahkan tenaga dalamku untuk membantu niatmu."

Setelah mengulangi perkataan dan pesannya tiga kali, eyang berjenggot itu menghilang sebelum aku sempat menghaturkan sembah. Aku tersadar, seperti mimpi dan mengalami kejadian sesungguhnya, hatiku menjadi ringan dan lega mendengar semua itu.

Ternyata aku bersemadi sudah cukup lama, walaupun kurasakan pertemuanku dengan eyang berjenggot itu begitu sekejap. Badanku terasa ringan, aku berganti busana dan menemui ibundaku dan Romo Prabu yang sedang berdua duduk-duduk di pendopo taman.

"Selamat malam, Romo dan Ibunda."

Melihat kedatanganku mereka budua terkejut.

"Mari putriku, duduklah di sini dekat Romo dan ibundamu." Seperti biasa

 ketela rebus, kacang rebus, dan teh hangat dengan gula batu menjadi teman

mereka.

Aku pun makan makanan itu karena perutku lapar tidak sempat makan

sebelum samadi tadi.

 Melihat aku melahap singkong dan kacang rebus, wajah Romo dan

Ibundaku berseri menahan geli.

"Kamu sepertinya lapar sekali, putriku," kata ibunda ratu.

"Iya, Ibunda, tadi Nanda tidak sempat makan."

"Loh, makanan untuk makan malam masih ada, lho, disimpan Biyung

Nastiti."

"Ya Bunda, Nanda cukup makan ketela dan kacang ini saja, hati Nanda

gembira sekali."

"Apa yang membuat hatimu gembira dan wajahmu begitu ceria putriku?"

tanya Romo Prabu.

"Tadi dalam semadi Nanda bertemu seorang pria setengah tua, berjenggot

dan bergelung, memakai sarung ikat kawung, badannya kekar karena olah

 kanuragan."

"Apa yang dikatakan pria itu, putriku?"

"Pria itu memberi Nanda jalan keluar dan cara supaya Lembu Suro gagal meminang Nanda. Dia akan membantu Nanda, supaya rencana Lembu Suro itu tidak berhasil."

"Putriku, kalau mencermati apa yang kau katakan dengan ciri khasnya, pria itu adalah Maha Mpu Barada, guru Romo."

"Oh, ya, Romo? Maha Mpu Barada? Rasanya Nanda ingin segera ke Lemah Citra daerah Blora untuk menjadi murid Eyang Mpu Barada."

"Eyang Mpu mengingatkan aku bagaimana menghadapi Lembu Suro. Doakan aku, Romo dan Ibunda Ratu agar niat Ananda ini berhasil.

"Ya, tentu Ananda, Romo dan Ibunda pasti selalu berdoa untukmu. Hati Romo ikut lega bahwa kamu telah mendapat pencerahan dari Mpu Barada."

 Setelah hari keenam sejak kejadian itu, benar ada surat lontar yang dikirimkan Romo Prabu yang bertuliskan hari kedatangan Lembu Suro untuk meminangku keesokan harinya. Memang sejak kejadian itu aku tidak lepas dari laku tapa dan puasa serta selalu bangun pukul tiga hari untuk memohon petunjuk dan kekuatan dari Sang Hyang Widhi. Aku juga memberi tahu Paman Narotama dan Bibi Sekar Tanjung untuk membantu rencana aku nanti.

Tibalah hari ketujuh, rombongan dari Lembu Suro datang ke istana. Lembu Suro sudah tidak berbapa maupun beribu dan dia memiliki saudara kembar bernama Mahesa Suro. Kembarannya itu sama saktinya, kepalanya kerbau dan badannya manusia. Rombongan yang datang di istana tidak genap sepuluh orang. Kedatangan Lembu Suro diterima oleh Ayahanda Prabu dan Ibunda Ratu.

( Bersambung  )

Oleh :  Sr. Maria  Monika  SND

29  Juli, 2021

Artikel ke  : 420

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun