salam  jumpa, saya  mau  menggoreskan kisah  ini  dalam  dirimu  agar menjadi  tugu  peringatan  bagiku  dalam  mengarungi  kehidupan.
Semoga  salalu  SADAR  bahwa  " Bahagia Sukacita,duka silih berganti itulah Kehidupan yang  harus  dijalani.
Pagi i 29 April ,2021 kami berempat bersama Sopir menuju ke daerah Puri untuk Swab Antigen, karena kami akan mengadakan perjalanan ke Salatiga untuk menghadiri Profesi Pertama dua suster kami yang baru kembali dari masa pembinaan di Formation house ,Balanga,Bataan Philippines.
Belum selesai Swab,kami baru di daftar,tetiba ada tilpon yang mengabarkan Sr Maria Aloysia,suster kami yang tinggal di Wisma Hana ( Rumah untuk para Suster Lansia) menghadap Tuhan pada pkl 08.00.
Hasil tes  Swab Antigen, ( SA ) kami terima kira-kira 30 menit. Yach saat ini dimasa Pandemi,kalau mau pergi ke luar kota sangat ribet,tambah ongkos untuk SA,membuat surat keterangan untuk RT dan RW yang akan dituju dan menunjukkan bukti bahwa kami sudah di vaksin dan dinyatakan negatif bebas Covid.Semua itu harus diikuti.
Tepat pkl 09.00 kami berangkat tujuanpun diubah ke Pekalongan dulu menginap semalam untuk Misa Requem yang akan dilaksanakan pukul 10.00,dilanjutkan Pemakaman di Makam komplek Susteran Rumah Induk SND di Pekalongan setelah itu kami melaju lagi ke Salatiga.
Dalam perjalanan saya hanya bisa merenung,mencoba menyimak pesan dari alam,dari situasi,dari Tuhan lewat semesta dan keadaan sehari hari. Apa kiranya yang DIA kehendaki?
Kejadian seperti hampir selalu terjadi disaat  kami  bersukacita  tetiba  terdengar  berita  duka.  Semisal .sewaktu saya ke Philippines tepatnya di pulau Guimaras untuk hadir dalam Kaul kekalnya Suster kami yang pertama asli Philippines tetiba kami mendapat khabar bahwa Sr. M.Tadea menghadap Tuhan.
Di  bulan  Maret  yang  lalu, kami baru saja selesai menyanyi lagu Ulang Tahun eee, ada khabar bahwa ayah dari Suster kami dipanggil Tuhan,selang 4 hari,saya berulang Tahun,hari itu adik salah satu Suster  yang tinggal satu komunitas, adiknya dipanggil Tuhan.
Didalam  hatiku  terbersit  kalimat :" Tuhan masih minta lagi dan selalu minta lagi,ya  selalu  minta  pengorbanan  dan  kesediaan  hamba-hamba-Nya " Disaat kami bersukacita,saat itu pula mesti siap untuk berduka cita melepaskan orang orang yang kami cintai suster kami,saudaranya,kenalan dekat,sahabat, terlebih  dimasa  pandemic  ini.
Inilah kehidupan yang harus dilalui setiap orang. Yang membawa kami dalam kesadaran dan kesiapan bahwa suatu saat kami secara pribadi akan sampai kepada "Saat itu" waktu yang ditentukan Tuhan untuk menghadap DIA.
Hidup  adalah  suatu  peziarahan  yang  akan  mencapai  titik  finish,di  fana  ini  untuk  memulai  hidup  baru  di dunia  keabadian  dalam  persatuan  dengan  Sang  Pencipta, oleh  karena  itu  yang  perlu  disiapkan  adalah  ketekunan, kesetiaan  untuk  berbuat  kebajikkan dan  semakin  mendekatkan  diri  pada  Dia dalam  pikiran, tutur  kata  sikap  dan  tindakkan  kita  yang  baik, benar dan  berkenan  kepada-Nya. Biarkan  hidup  kami  ini  bagaikan  lilin, meski  habis  terbakar  namun  pernah  memberi  terang  dalam  kegelapan, memberi  seberkas cahaya bagi  sesama dan  situasi sekitar. ***
Oleh  Sr. Maria  Monika  SND
1 Mei 2021
Artikel  ke 336
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H