Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tak Kuduga Ternyata Mr. Covid-19 Menaksirku

2 Maret 2021   13:54 Diperbarui: 2 Maret 2021   14:09 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi VC ( shuttersstock/Ruksutakarin.studio )

Diary,

Saya mau cerita sedih rasanya, kalau ada susterku yang kena Covid, 6 orang memang, yang 1 Sr Yunior karena memang tugas di Rumah sakit, dan 5 lainnya di Komunitas Notre Dame tempat saya tinggal. Waktu itu saya baru visitasi tahunan di Komunitas Grand Wisata Bekasi. Khabar itu kudapat dari dokter yang menilponku.

Yang kena Sr Marsela wakilku, dan Sr Reneta Ekonom Provinsi, memang banyak komunitas religious yang terpapar Covid, entah darimana asalnya padahal kami sudah super duper hati-hati. Atas nasihat banyak pihak, termasuk pimpinan di Roma saya diminta untuk tetap tinggal di Grand Wisata Bekas untuk sementara sampai keadaan baik. Kamipun 1 Minggu isolasi diri, karena sebelum berangkat kami sempat komunikasi dengan 2 suster yang kena, setelah itu kami berempat di Grand Wisata Swab dan Puji Tuhan hasilnya negative. Nah, karena Sr Marsela suka dongeng maka kuminta dia untuk cerita,bagaimana kisahnya dengan Mr Covid , semoga jadi pelajaran bagi kami semua.

Diary inilah kisahnya,

Tak kuduga, ternyata Mr. Covid 19 Menaksir Aku.

Tanggal 4 sampai tanggal 7 Januari merupakan hari yang kucatat bagiku paling sibuk dengan yang namanya zoom meeting. Kurun waktu 4 hari itu setiap hari saya mengikuti meeting zoom 4 kali, tanggal 6 dan 7 bahkan sampai jam 17.00.

Kamis tgl 6 Januari, Pagi mengikuti Lectio Devina dengan guru-guru lanjut PJJ melihat interaksi guru dan siswa di kelas. Pkl 13.00 zoom meet dengan koordinator level, pukul 15 zoom meet dengan Panitia Natal Gladi Kotor acara Natal sampai pkl 17.00. Tanggal 7 Januari sama dengan tanggal 6, hanya sore ini, pkl 15.00 -17.00 gladi bersih.

Memang semua dilakukan dengan duduk dan memelototi computer, tetapi saya merasa lelah, dan bilang dengan Suster Provinsial Sr. M. Monika bahwa 4 hari ini saya berturut turut zoom meet sampai 4 kali dan rasanya kok capai. Tanggal 8 Januari Misa Natal bersama seluruh Civitas Notre Dame termasuk ND Grand Wisata secara online, lanjut acara Natalan SD Notre Dame Puri Indah. Saat itu saya merasa agak capai dan leher gatal serta sedikit batuk.

Selesai acara Natalan SD, saya turun bertemu dengan Sr. M. Reneta dan bilang kalau saya merasa gatal tenggorokan pasti mau Flu ( biasanya memang begitu ) apakah ada obat batuk flu? Dan Sr. Reneta bilang ada OBH Combi di kotak obat, maka saya mengambil satu botol. Saat sesudah minum, malam itu batuk saya sembuh.

Di tahun -tahun sebelumnya saya ini memang langganan setiap setahun sekali kena batuk dan flu, hehehehe. Ketika saya batuk pasti disusul dengan flu, bersin bersin, hidung meler yang cukup akut.

Tapi kali ini saya kok tidak flu tidak bersin bersin atau hidung meler. Besoknya tanggal 9 Januari ( Sabtu ) saya merasa tulang-tulang pada ngilu, kaki dan tangan terasa ngilu. Badan dipegang panas tetapi merasa dingin.

Setelah makan pagi, rutin saya doa Rosario, bersih bersih kamar, siram tanaman, kemudian karena merasa capai saya istirahat dan demam. Saya mencoba tidur tetapi tidak bisa. Sore hari saat waktunya makan saya sudah tidak ada selera makan. Ketika malam tiba, mata inipun gak mau terpejam sepanjang malam, sehingga saya tahu panjangnya malam.

Pagi hari Minggu, dengan badan yang kurang enak tapi saya berusaha bangun untuk berdoa, meditasi, doa pagi dan mengikuti Misa. Selesai misa biasa makan pagi bersama, namun tidak ada selera makan sama sekali, tapi ya makan sedikit. Saya memikir demam biasa saja, maka saya maunya istirahat. Ketika ditawari periksa ke dokter oleh Sr. Yanitha saya mengatakan tidak usah, nanti kan baik kalau sudah istirahat.

Saya pulang ke kamar niatnya mau istirahat, tapi demamnya malah terasa sekali, sehingga ya tidak bisa tidur, jadi 2 hari 2 malam saya bisa merasakan panjangnya siang maupun malam.

Hari Selasa Tanggal 12 sesudah makan pagi yang tanpa selera, Sr. Yanitha mengetuk kamar saya, menawarkan untuk menelpon dr. Endang, dan saya mau. Setelah saya menyampaikan keluhan saya, dr Endang menyarankan agar lebih baik saya SWAB di RS terdekat, maka pilihannya RS Siloam di mana hari Minggu kemarin Sr. Reneta sudah SWAB di situ.

Pertama kali saya merasakan PCR

pelayan Medis ( Kompas.com )
pelayan Medis ( Kompas.com )

Syahdan Sr. M. Yanitha dan Sr. M. Herlina mengantar saya ke RS Siloam. Masuk pukul 09.00. langsung ditangani oleh perawat, di tanya apakah sesak, batuk, tidak bisa membau, lemes? Semua pertanyaan kujawab tidak, hanya demam dan tulang-tulang merasa sakit.

Kemudian saya dimasukkan sebuah ruang kecil yang sudah ada 2 pasien yang diinfus. Disitu saya juga diinfus, posisi duduk enggak, tiduran juga enggak mengikuti bentuk kursi lama-lama tidak nyaman juga.

Di ambil darah, diukur tensi, di SWAB (PCR) dengan ditusuk hidung yang terasa geli. Sekitar jam 10.30 saya WA ke Sr. Yanitha kok saya lama, kalau mereka lapar harus cari snak. Setelah 2 jam duduk, sekitar jam 11.00 saya dibawa ke ruang periksa organ dalam, dimasukkan ke dalam alat yang disebut MRI dengan telanjang walau tidak bulat (hahaha), hanya untuk beberapa menit.

Kemudian kembali lagi ke ruang tadi. Duduk lagi dibiarkan meringkuk. sekitar pukul 12.00, salah satu pasien perempuan muda sudah boleh pergi, jadi saya berdua dengan seorang Ibu.

Pukul 13.00 saya WA ke Sr Yanitha saya belum di apa-apakan, mereka mungkin pulang saja dulu untuk makan. Tapi mereka mengatakan nggak apa- apa bisa membeli makan di kantin.

Pukul 13.30 ada WA dari Sr. M. Monika yang memberi tahu sebaiknya saya dan Sr. Reneta dirawat di RS Carolus, dan sudah disiapkan tempat. Saya kaget dan menjawab mengapa pakai acara opname? Sr. Monika memberitahu bahwa menurut dokter RS Siloam kemungkinan besar kami berdua positif Covid 19.

Waduhhhhh,, weladalah ketularan siapa ya, saya merasa tidak pergi ke mana-mana kecuali ke Kapel, ke refter, ke kamar cuci. Meskipun tak percaya, saya pasrah pada Gusti Allah.

Saat itu saya merasa waktu berjalan seolah seperti siput,lambaaaat sekali, duduk sudah merasa capai, untaian Rosario sudah berputar berkali- kali. Pukul 14.00 berlalu, pukul 15.00 berlalu, pkl 16.00 berlalu, Ibu yang tadi sudah boleh keluar, sehinga saya sendirian.

Untung saya membawa sebotol air minum. Hape sudah lowbat, tidak bawa charger pula, jadi saya duduk kethap kethip sebab tidur pun tidak bisa. Saya turun mencari perawat mau pinjam charger, e malah sama mbak perawat hapeku diminta untuk discharge di kantornya

Pukul 17.00 berlalu, saya turun mencari mbak perawat dan bertanya nasib saya, perawat bilang "oh ya suster tunggu ya tempat di carolus masih disiapkan". Terus saya bilang apakah saya boleh mampir ke rumah sebelum ke Carolus?,perawat bilang oh tidak boleh, harus langsung ke Carolus. Hati saya mendelong, saya balik lagi ke kamar dan meringkuk lagi.

Opname di RS Carolus

Akhirnya pkl 18.00 saya dipanggil untuk berangkat langsung ke Carolus, Sr Yanitha dan Sr Herlina sudah menjemput Sr Reneta ke rumah, dan katanya dari jam 15.00 sudah menunggu saya di mobil, Masyaaalahh.

Sampai Carolus pukul 18.45, disuruh tunggu di sebuah ruangan. Pukul 19.30 perawat datang dengan membawa alat ukur tensi dan ukur panas badan, lalu diminta tunggu, kamar masih sedang disiapkan. Pukul 21.00 kami diantar ke kamar St. Maria no 10. Sr. M. Yanitha dan Sr.M. Herlina langsung pulang tak boleh mengantar kami kekamar.

Sampai di kamar kami tinggal berdua saja. Perawat datang untuk memeriksa kami, juga mengantar makanan yang tentu saja tidak kami makan, karena tadi selama menunggu di ruang tunggu Sr. Yanitha dan Sr. Herlina sudah membelikan kami makanan, dan kami makan di situ.

Setelah mandi dan tanpa ganti baju karena sama sekali nggak bawa ganti, handukpun saya pinjam Sr. Reneta, saya berangkat tidur. Syukur langsung bisa tidur, walaupun malam-malam dibangunkan untuk diperiksa oleh perawat. Malam itu kami dipasang infus, juga dipasang alat untuk memasukkan obat yang dipasang permanen sampai akhir opname baru dicopot.

Esok harinya tanggal 13 Januari, ada seorang ibu dimasukkan ke kamar kami, sehingga kami sekamar bertiga. Hari- hari berlalu dengan rutin didatangi perawat yang selalu ngecek keadaan kami, serta waktu makan kami dibawakan makanan serta obat.

Dua hari pertama kami diberi makanan tanpa garam, anyepppp meski hangat tapi tawar, wah jan selera makan yang sebenarnya mulai timbul malah jadi tidak nafsu makan, hanya memang harus makan walau terpaksa tidak habis, dan membuang makanan, sayang.

Maka dengan memberanikan diri Sr. Reneta minta sama Perawat supaya makanan kami diberi garam. Hehehhe berhasil, hari ke tiga dan seterusnya makanan ada rasanya, sehingga ketika makan semua makanan habis, tak ada lagi yang terbuang.

Yang saya tak habis heran, setiap kali perawat, maupun dokter yang datang pertanyaan hampir sama: ada keluhan suster? Apakah sesak nafas? Apakah batuk? Apakah lemes? Semua kujawab tidak, karena memang tidak ada keluhan itu, sedang hidung saya normal bisa membau apa yang berbau, termasuk baju saya yang apek karena hari pertama di Carolus tidak ganti baju, belum dikirim baju ganti dari rumah.

Kamar mandi yang menjadi tempat Jemuran.

Selama dipasangi infus kami agak repot ketika mau mandi. Jam 4.00 pagi saya selalu sudah terbangun untuk mandi, kemudian berdoa, meditasi, kemudian Misa. Hari ke tiga infus kami dilepas, lumayan sudah tidak ribet lagi untuk bergerak, hanya alat yang permanen untuk memasukkan obat tetap terpancang di tangan.

Ada kerepotan lagi tidak ada tempat untuk menjemur pakaian yang kami cuci, terpaksa kami cantel cantelkan di dalam kamar mandi, yang tidak kering dalam tempo 2 hari. Satu kamar mandi buat bertiga, semua butuh nyuci baju, alhasil semua gantungan yang ada di kamar mandi penuh dengan baju kami bertiga. Hehehehehe. Setelah setengah kering, baju kami pindahkan di pinggiran tempat tidur ( bagian kepala supaya agak tersembunyi) yang akhirnya ternyata bisa kering, lumayannnn.

Balada menunggu sembuh dari covid-19

Selama opname, kami dikunjungi dokter nan cantic 3 kali, dr. Franciska namanya, juga dokter laki laki (lupa namanya) 2 kali. Tanggal 18 Januari kami di SWAB, tanggal 19 pagi kami di rontgen. Pada malam tanggal 19 kami diberi tahu bahwa besok kami boleh pulang dan isolasi mandiri. Wah senang banget rasanya, kemudian kami memberi tahu kepada Sr. M. Monika serta Sr. M. Anzelm bahwa kami besok boleh pulang tetapi memang harus isolasi mandiri.

Tanggal 20 Januari pukul 14.00 sopir sudah datang untuk menjemput kami, tapi karena ada hal-hal yang masih harus kami tunggu , pukul 15.30 baru keluar dari Rumah sakit. Sampai biara pukul sekitar pukul 16.45, langsung masuk kamar, bersih bersih diri. Kami berdua Isolasi mandiri sampai dinyatakan negatif dari covid 19 ini. Makanan dikirim ke kamar oleh mbak yang masak, dan ditaruh diluar pintu untuk menjaga masing-masing tetap sehat.

Selama masa karantina mandiri, banyak kesempatan untuk refleksi, berdoa, dan istirahat, juga hoby merangkai manik-manik bisa dapat waktu lebih banyak.Tanggal 22 dapat berita dari RS Carolus bahwa kami berdua masih positif, tanggal 30 Januari harus SWAB lagi di Carolus. Weeelhadalah, padahal sudah minum obat sak grobag yang diberi oleh Carolus. Oke Mr.Covid, kamu masih setia menempelku.

Karena saya merasa badan cukup sehat, maka saya beraktivitas seperti biasa, bersih bersih kamar, siram tanaman, Mengikuti zoom PJJ sekolah, hanya saja untuk meeting zoom yang diadakan di atas pukul 15.00 saya minta ijin untuk tidak mengikuti, karena saya mau istirahat dulu. Tanggal 30 SWAB, di Carolus..... 4 hari kemudian dapat berita bahwa kami berdua masih positif. Widiiihhhh setia amat ini mas Covid19. Hehe, seminggu lagi harus SWAB.

Tanggal 6 Februari kami kembali SWAB yang sekarang tidak di ruang dalam, tetapi drive thru, di halaman luar RS. Sekian kali lobang hidung ditusuk tusuk, tetap saja masih merasa geli. Semoga ini SWAB yang terakhir.

Ternyata 2 hari kemudian kami dapat berita bahwa masih positif. Angka Cikle Treshold kami baru 37.57. Angka minimal Cikle threshold (CT)adalah 40 yang katanya itu angka minimal dinyatakan negative dari covid-19.

Kami harus SWAb lagi tanggal 12 Februari. Tanggal 12 Februari kami SWAB lagi, kali ini saya pasrah saja sama Tuhan Yesus, mau apapun hasilnya, yang penting saya merasa sehat dan mampu bekerja sejak awal pulang dari Opname itu.

Dua hari kemudian tanggal 14 Februari 2021 kami mendapat kiriman pernyataan dari Carolus bahwa kami berdua sudah dinyakan negative dari covid-19 ini. Puji Syukur pada Allah, Puji Syukur pada Allah, Syukur pada Allah yang maha baik dan penyelenggara hidup, betapa lega hati kami berdua. Tuhan terimakasih untuk pengalaman ini, saya merasa luar biasa bahwa pernah ditaksir oleh Covid-19. Sekarang saya boleh bilang : " Bye Mr Covid-19, hubungan kita selesai dan kamu saya beri TALAK 3, artinya jangan kembali lagi, kita berpisah untuk selamanya.

Dianggit dari cerita Sr. M. Marsela SND. Jakarta, 15 Februari 2021.

Dimuat diakun Sr. Maria Monika SND

2 Maret, 2021

Artikel ke 280.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun