Banyak pengalaman yang kualami saat saya magang. Waktu itu kami bersepeda sejauh 7 km, melewati belakang asrama tentara, tapi setelah saya bertemu dengan komandan yang beragama katolik, yang mengijinkan kami untuk lewat di tengah asrama, sehingga kami memotong jalan lebih berhemat energi hanya bersepeda sejauh 4 kilo.
Tapi tentunya ada tantangan lain, kami menghadapi tentara-tentara muda yang sering menggodai kami.Bagi kami itu bukan soal kan kami ini geng " Pendawi" yang gagah berani.

Kami berlima datang ke POS Penjagaan biasa kan kalau mau berkunjung ke asrama tentara para tamu kan harap lapor, waktu kami diminta untuk menulis di buku tamu, kami tulis nama samaran kami dan alamat palsu kami.
Ternyata dugaan kami betul sewaktu mereka tidak piket ada beberapa tentara muda yang bertandang dirumah sepupu teman saya itu, yang kami tanggapi dengan sopan kan kami calon-calon guru, ternyata beberapa hari kemudian mereka itu datang ke Kota ( maklum asrama tentaranya kan diluar kota) , untuk mencari alamat kami, mana ketemu yang kami tulis itu alamat rumah sakit, penjara, kuburan dll.
Mereka tentu kecewa dan hal itu kami ketahui dari saudara sepupu temanku bahwa mereka dikibulin. Mendengar cerita itu kami tertawa...Cewek Pendawi koq dilawan ya itulah akibatnya he..he..he.. itulah salah satu kebadungan kami.
Meski badung dalam hal prestasi sekolah kami anak-anak berprestasi, kalau tidak ranking 1 ya 2 kami kompak dalam belajar dan semboyan kami soal prestasi & kreatifitas nggak mau kalah ama teman-teman cowok. Kami ber 5 berlainan agama hanya saya yang beragama Katolik, dan 1 yang beragama Kristen, namun kami kompak dalam segala hal yang baik.

Saya merasa masa kecil & masa remaja saya begitu indah dan aduhai rukun sama tetangga & teman, tidak ada perbedaan yang pribumi atau keturunan, bagi kami ya sama, main bersama, ke sekolah, bersama tanpa perbedaan, bahkan sampai sekarangpun kalau saya pulang selalu bernostalgia tentang masa-masa yang mengesankan itu. ****
Oleh Sr. Maria Monika Puji Ekowati SND
Artikel ke : 160