Karena tugasku sebagai sekretaris provinsi waktu itu maka saya cepat mengirim berita itu, belum lagi komputer menyala sempurna, tilpon berdering dan kuangkat dari sebrang terdengarlah suara adikku terisak mengabarkan bahwa bapak telah tiada, menghembuskan nafas dengan tenang dan kepasrahan kepada Tuhan.
Kini saya mulai menuliskan berita dukacita via email tidak hanya untuk ayah dari susterku saja tapi juga berita duka meninggalnya bapakku. Malam itu saya diantar oleh suster pemimpinku dan beberapa suster ke Blora, tengah malam baru tiba saya melihat jasad bapakku terbujur kaku, namun wajahnya tenang teduh, pasrah.
Saya jadi ingat akan perjuangannya dalam mengarungi hidup, bapak orangnya ramah, banyak teman, suka menyapa,banyak sahabat, jujur, tegas, bertanggung jawab dan pekerja keras. 15 km setiap hari bersepeda untuk menjalankan tugas sebagai Kepala Sekolah dan guru di desa kecil Pule Dagel.
Segala kasih sayangnya yang dicurahkannya padaku tanpa tuntutan apapun, saat itu terbayang bagai sebuah film. Bapak pencinta Anggrek, dan anehnya anggreknya yang dipeliharanya setiap hari mengembangkan segala bunganya, indah sangat indah seolah mengiring kepergiannya.
Bapak.....,segala yang dibuatnya menjadi memori indah bagiku dan kukagumi, dari padanyalah saya banyak belajar bagaimana menjalani hidup ini dan mensyukuri anugerah hidup yang telah dianugerahkan Tuhan.
Tangisku tertumpah, sekian tahu lamanya setelah saya ditugaskan ke Philipina, Saya mengikuti Retret AMR ( Awareness Meditation Relaxation ) Ketika saya meditasi dan dituntun untuk mengingat rasa kehilangan yang dalam karena ditinggal orang yang terkasih.
Saya bisa menangis histeris, oleh pembimbing retret, seorang Imam Jesuit dari India, mendekatiku dan berkata :" Teruslah menangis dan relakan " Saya memang menumpahkan tangis saya tanpa memikirkan keadaan sekeliling, tanpa merasa sungkan, orang mau berkata apa. Setelah itu rasanya ada sesuatu yang lepas yang selama ini membebani saya untuk bersikap " Sok Tegar "
Sejak saat itu saya merelakan Bapak, saya menyadari bahwa bapak secara fisik tidak lagi dekat denganku, namun saya yakin semangat, apa yang diajarkannya padaku, dan restunya selalu menyertaiku. Saya senantiasa berdoa untuk ketentraman jiwanya semoga jiwa bapakku damai dalam pelukan KASIH dan Kerahiman Ilahi****
Oleh Sr Maria Monika SND