Mohon tunggu...
Monika Ayu
Monika Ayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Menumbuhkan Sikap Jujur Pada Peserta Didik

24 Oktober 2017   13:20 Diperbarui: 24 Oktober 2017   13:39 25895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

b. Melihat kebohongan yang ada disekitarnya (Orang tua,guru,keluarga)

c. Ancaman hukuman bagi kesalahan sang anak

2. Cara Menumbuhkan Sikap Jujur

Segala sesuatu bila dibiasakan, niscaya akan menjadi sebuah kebiasaan. Entah itu yang baik atau pun yang buruk. Membiasakan diri untuk selalu jujur, walaupun dalam hal yang dalam pandangan kita kecil, akan membuat kejujuran menjadi kebiasaan kita. Jangan meremehkan hal yang kecil, sebab sesuatu yang besar bermula dari yang kecil. 

Terkadang tanpa sadar kita mengajarkan anak untuk berbohong. Ketika siswa ditanya bagaimana kabar mereka, maka mereka akan menjawab baik-baik saja. Siswa yang mengalami sedikit masalah seperti ngantuk saat belajar mengatakan bahwa ia baik-baik saja, padahal ia berkata bohong. Ia merasa takut dan malu untuk mengatakan bahwa ia masih ngantuk untuk menerima mata pelajaran yang akan diberikan. Seorang guru secara tidak langsung membiasakan siswa untuk tidak berkata jujur terhadap apa yang ia rasakan. Sebagai guru kita harus mampu membantu siswa dalam menumbuhkan sikap jujur kepada siswa dengan baik. Caranya sebagai berikut:

Ada orang bijak pernah mengatakan, "anak akan melupakan semua nasehat baik dari orangtuanya, tetapi anak tidak akan pernah lupa dengan perbuatan baik orangtuanya". Artinya, bahwa perbuatan itu lebih berpengaruh ketimbang perkataan. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya. Jika seorang guru ingin membangun karakter jujur pada anak didiknya, maka karakter jujur itu harus terbiasa muncul dulu pada guru tersebut. 

Guru harus bisa memberikan contoh kepada muridnya, misal ketika mengajar di kelas, guru harus jujur pada dirinya sendiri dan juga kepada anak-anak ketika tidak bisa menjawab pertanyaan anak-anak karena guru tersebut belum pernah mempelajari hal yang ditanyakan tersebut. Guru harus berani jujur mengatakan bahwa pernah melakukan kekhilafan dalam mengajarkan suatu konsep, lalu kemudian segera memperbaikinya. Perlu diketahui, jika seorang guru berani jujur mengakui kesalahannya di depan anak-anak didiknya, maka bukan berarti anak-anak didiknya tersebut akan mengurangi rasa hormatnya kepada guru itu, melainkan malah akan bertambah mengagumi kejujuran guru tersebut. Kebiasaan memberikan stimulus kepada anak-anak berupa contoh-contoh sikap yang jujur, akan direspon oleh anak dengan cara meniru kejujuran tersebut.

Keterampilan dan perhatian guru dalam menyelidiki siswa yang tidak jujur juga merupakan syarat bagi seorang guru dalam menanamkan kejujuran pada siswa. Bayangkan saja jika seorang guru mudah ditipu oleh siswanya, tentu saja siswa tidak akan segan-segan mengulangi kembali ketidakjujurannya tersebut. Ini biasanya terjadi kepada guru yang kurang peduli atau kurang memberikan perhatian kepada anak didiknya. Jangankan urusan mengetahui siswanya jujur atau tidak, urusan keseharian si anak saja guru tersebut tidak mau tahu, dan bahkan nama dari siswanya tersebut sering lupa.


Guru harus kritis terhadap permasalahan siswa. Penting sekali guru untuk terampil dalam menyelidiki siswa yang sedang bermasalah, tentang apakah dia jujur atau tidak kepada gurunya dalam menyampaikan masalahnya tersebut. Konsistensi reward dan punishment yang diberikan juga sangat dibutuhkan untuk memperkuat agar anak selalu berbuat jujur. 

Kebiasaan memberikan stimulus berupa sikap kritis guru terhadap permasalahan siswa, reward dan punishment yang diberikan guru, tentunya akan memunculkan respon siswa untuk tidak berusaha bohong terhadap permasalahannya, karena siswa tersebut sering mengalami pengalaman bahwa kejujuran pastilah yang menang dan untung, sedangkan kebohongan pastilah akan kalah dan merugi.

Proses penilaian di setiap mata pelajaran pun bisa menjadi alat untuk menanamkan karakter jujur pada siswa. Syaratnya adalah guru harus membuat dan menjalankan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) setiap mata pelajaran yang memasukkan nilai karakter jujur pada kegiatan pembelajarannya di setiap kompetensi dasar yang dibebankan kepada siswa. Sehingga, siswa diharapkan tidak hanya melulu fokus pada nilai akademiknya saja tetapi juga nilai karakternya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun