Mohon tunggu...
Monica Sulistiyohadi
Monica Sulistiyohadi Mohon Tunggu... -

..Sedang kuliah S2 FKM UI..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Berdiri Satu Kaki, Miring Kanan Kiri "di Dalam KRL

31 Mei 2015   07:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:26 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang pernah? Mungkin berita seperti ini sudah sering kita baca atau bahkan kita hampir setiap hari mengalaminya. Seperti tidak akan hilang dari dulu hingga sekarang meski perbaikan infrastruktur serta jadwal layanan kereta api listrik sudah dibenahi. Berdiri satu kaki, miring ke kanan ke kiri, depan kena belakang kena, satu tangan mencari besi rak tas diatas atau berbagi gantungan tangan dengan penumpang lain. Hanya satu penyelamat jiwa yaitu sebuah ransel besar di depan dada, tas bekal samping kiri dan sepatu tanpa hak tinggi. Jangan sekali-kali pernah berdandan cantik, modis dan memakai sepatu hak tinggi. Tiupan AC dan blower kipas angin kereta tidak mampu memberi suasana segar, apalagi menutup mulut mengunakan masker, dipastikan akan membuat sesak nafas karena kurang udara.

Pemandangan ini bisa dipastikan hampir terjadi setiap hari, pagi dan sore/malam hari saat jam berangkat dan pulang kerja. Belum lagi bila terjadi keterlambatan jadwal keberangkatan kereta api. Kemungkinan dua kali penumpang di setiap pemberhentian stasiun akan diangkut masuk dalam satu kereta, jadi bisa dibayangkan didalamnya. Betapa ramai, penuh, kadang bau, sempit, berkeringat, kaki kaku, tangan merah panas menjadi satu. Tapi ada satu hal menarik dari situasi ini, semakin sering kita berada dalam situasi ini, pada saat berada di tengah kerumunan, berdiri sambil mendekap tas, dengan menutup mata dan mengatur nafas kita bisa melakukan meditasi meski hanya sebentar. Ajaib! Ternyata meditasi tidak hanya bisa dilakukan di suasana hening, di tengah alam, ada gemericik air dan alunan musik tapi juga bisa dilakukan di kerumunan banyak orang.

Dan yang aneh, disetiap pemberhentian stasiun berikutnya, meski sudah penuh berjubel, penumpang yang sebagian besar pekerja kantoran tidak peduli bagaimana penuh dan sesaknya kondisi di dalam. Mereka dengan tenang dan tersenyum masuk sambil mendorong penumpang dibelakangnya. Penumpang di dalam berteriak karena penuh sementara penumpang baru senang bisa masuk. "Time is money dan saya tidak mau terlambat ". Mungkin slogan inilah yang ada di benak para karyawan ibukota, para esmud-esmud muda yang karena tidak mau tercebak macet menggunakan mobil, mereka memilih terjebak berhimpitan dengan penumpang lain di kereta. Tak jarang banyak kejadian yang tidak diinginkan seperti penumpang terinjak, terjepit bahkan pingsan didalam kereta.

Kejadian-kejdian yang perlu mendapat perhatian pemerintah dalam hal sarana transportasi kereta api listrik. Tidak hanya infrastruktur di bagian luar yang diperluas, dipercantik, penambahan petugas jaga kereta api, namun pengadaan penambahan kereta baru, penambahan rel maupun pengaturan jam operasional perlu dipertimbangkan. Jangan sampai area parkir yang semakin luas, bagus dengan menampung ribuan mobil maupun motor namun jadwal dan jumlah kereta tidak segera mendapat perubahan. Sudah pasti kondisi dan situasi yang penuh sesak tidak akam hilang dan membuat ketidaknyamanan dalam mengunakan sarana transportasi KRL.

Mengejar waktu menggunakan sarana umum kereta dipastikan akan bertemu kondisi seperti itu, menggunakan mobil dipastikan akan terjebak macet, menggunakan motor pun mau tidak mau ikutan naik ke trotoar karena seluruh jalan sudah penuh dengan mobil. Sepertinya sudah tidak ada yang nyaman menggunakan sarana transportasi di Jakarta. Sudah menjadi perhatian setiap tahun, setiap generasi namun masih memerlukan penyelesaian. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun