Pengolahan sampah organik menjadi kompos adalah hal yang biasa kita dengar sebagai orang awam. Namun kenyataannya tidak semua orang paham bagaimana memanfaatkan sampah organik untuk diproses menjadi kompos. Hal inilah yang menggugah Universitas Tidar menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat di SMA Negeri 2 Magelang.
Oleh bimbingan dosen Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi, Bapak Esna Dilli Novianto, M.biotech, Monica Sonia Indri Pradipta, M.Sc., dan Y. Laura REN, M.Sc. memaparkan pengenalan manajemen pengolahan sampah organik menjadi kompos menggunakan biodigester sederhana. Praktek pembuatan biodigester oleh siswa SMA Negeri 2 Magelang dibantu oleh 3 mahasiswa Agroteknologi yaitu Suwasdi, Rozi, Fitri Ilma dan Efa Indriyani.
Proses pengomposan dilakukan dengan empat tahap utama yaitu: persiapan digester, pengumpulan sampah organik, proses fermentasi selama 25 hari, dan panen pupuk kompos. Digester yang dibuat terbilang unik karena pembuatannya mudah, murah, aman, dan dapat dipindahkan. Pengumpulan sampah di SMA Negeri 2 Magelang sangat mudah.
Pasokan sampah organik dapat diperoleh dari sisa sampah organik di kantin maupun sampah makanan siswa yang dapat terkumpul banyak ketika istirahat. Proses fermentasi sampah organik tidak rumit karena digester yang dibuat dapat memudahkan siswa mengontrol kondisi fermentasi tanpa membuka biodigester. Ciri-ciri kompos sampah organik sudah siap dipanen adalah air sisa proses fermentasi sudah habis, tidak berbau, dan kompos sudah berbentuk seperti tanah.
Mahasiswa Universitas Tidar memegang digester kompos sederhana yang sudah jadi.
Siswa SMA Negeri 2 Magelang sangat antusias melakukan kegiatan pembuatan kompos. Bapak Esna Dilli Novianto, M. Biotech atau yang akrab disapa Pak Dilli juga didampingi oleh dosen Prodi Peternakan yaitu Ibu Yosephine Laura Raynardia Esti Nugrahini dan Ibu Monica Sonia Indri Pradipta ketika mengenalkan manajemen pengolahan sampah.
Dikatakan Bapak Dilli bahwa kompos tidak melulu terbuat dari kotoran ternak, namun juga dapat diolah dari sampah organik dengan tambahan starter apapun. "Yang sangat penting dalam hal ini adalah unsur karbon sebagai bahan utama pembuatan kompos. Dalam hal ini bisa ditemukan dari sampah daun kering yang berserakan di lapangan sekolah, sisa bungkus makanan dari kertas maupun daun, dan dengan tambahan starter bisa menggunakan EM4" tambah Pak Dilli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H