Mohon tunggu...
monika utami
monika utami Mohon Tunggu... -

mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRI 2010

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Itu Bernama Bintang

10 Juli 2012   13:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut ruangan yang gelap dalam kebisuan seorang gadis kecil menagis terisak. Begitu tersedu-sedu tapi tak ada seorang pun yang tahu. tetes demi tetes air matanya jatuh perlahan. hanya punggung tangannya yang sesekali menyeka air mata.

Nama gadis kecil itu Bintang. Sayang ia merasa bahwa dirinya tak mampu menyinari dirinya sendiri apalagi sekitarnya.  lelah rasanya menapakki kehidupan yang panah ini. berbagai peran ia main kan dalam sandiwara kehidupan ini tapi semua hanya menimbulkan luka. Indahnya dunia yang ia harapkan dari rangkulan orangtuanya saja tak ia dapatkan. mungkin terlalu dini untuk menyatakan hal ini. tapi kesibukkan orang tuanya lah yang membuat seperti ada dinding yang memisahkan. ia menyadari dari hati yang terdalam bahwa orang tuanya sedang bekerja keras untuk menafkahinya. tapi Bintang tetaplah seorang gadis kecil yang membutuhkan hangatnya kasih sayang.

Hari demi hari dilaluinya dengan senyum kepalsuan dari bibir mungilnya. Tak seorangpun yang tahu senyumnya menyelimuti tangis di hatinya. ia pun mencari hangatnya kasih sayang dalam sebuah kata sahabat. kata yang sangap agung bagi orang-orang. tapi ternyata itu pun semu. tak akan pernah ada seorang manusia yang mau menjadi lilin bagi manusia lain. Tak ada !!! Bahkan nyaris sulit mencari sahabat yang ada di saat susah dan bersedih, semuanya hanya ada di saat bahagia.  Memang tak mungkin mengharapkan adanya manusia yang sempurna tanpa cela sedikitpun tapi tak bisa kah Ia sedikit saja menghargai dan menginginkan aku berarti di hidupnya. Tak ada !! lagi - lagi tak ada.  Apa kah dunia ini begitu penuh kepalsuan ? tak ada kah ketulusan ? Pertanyaan ini terus menghantui.

Hingga akhirnya gadis kecil yang telah tumbuh dewasa ini begitu lelah. lelah dengan semua pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya. lelah mencari hangatnya kasih sayang. Ternyata Ia melupakan sesuatu. Ia lupa siapa yang menciptakannya. siapa yang mengatur jalan hidupnya. Ia lupa kepada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. begitu banyak nikmat yang luput dari padangannya. begitu banyak karunia yang ia lupa syukuri. dalam tangis ia bersimpuh di hadapan Allah SWT memohon ampun atas dosa-dosany. Ternyata hanya dengan mengingat Allah lah hati akan menjadi tenang.

KETIKA KAU TEMUKAN DUKA DALAM HIDUPMU, PERCAYALAH ALLAH SELALU DISAMPINGMU. BAHKAN LEBIH DEKAT DARI URAT LEHERMU. SERAHKAN DIRI MU SEUTUHNYA KEPADANYA NISCAYA BAHAGIA AKAN KAU DAPATKAN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun