Mohon tunggu...
Monica Harfiyani
Monica Harfiyani Mohon Tunggu... -

saya cinta dan bangga terhadap bumi pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percintaan Sang Angin

27 Januari 2014   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Percintaan sang angin

Ketika perlahan waktu menapaki pagi, kuhirup dan kutatap sang angin dengan santai. Dia berjalan gontai dengan senyum. Hampir setiap waktu aku dapat merasakan kehadirannya dalam hidupku, mungkin telah lama, bahkan terlalu lama sang angin menemaniku. Terkadang kalau aku sedang jenuh dan bosan, ia membelai dan membuatku tersenyum riang, namun terkadang ia pula yang membuatku kesal. Tak jelas warna apa yang dapat aku lukiskan, namun ketidaknampakannya justru memberiku banyak arti. Ketika aku duduk bersamanya, seolah aku merasa ia tak ada disampingku.. terbang untuk membelai yang lain. Hanya tinggal, aku yang duduk terdiam dalam lamunan, karena pasti ia kembali lagi untuk menemaniku. Aku terkadang berfikir, mengapa aku dapat menyanyanginya sedalam itu? Padahal tak terlihat dan tak terucap apa yg aku rasa maupun yang ia rasa. Menelisik dan mencoba menemukan yang aku cari. Yaa.. namun ia hanya angin yang sulit untuk aku genggam, shingga tak adajawaban atas apa yang aku cari.

Dia pun mungkin menganggapku sebagai angin, yang mudah menebar kesejukan pada makhluk adam. Sehingga Mereka mencoba menangkapku dan mendekapku. Namun, tentu kalau aku sang dewi angin pula, mereka tak akan pernah bisa menangkapku meski puluhan bahkan ribuan cara mereka lakukan. Tapi kembali, aku hanya manusia yang mencintai sang angin. Entah aku makhluk dengan nomor urut yang kesekian untuk mengisi hari-harinya, saat itu sang angin pernah berucap kepadaku bahwa ia pun menyayangiku. Rasa yang kututupi pun sepertinya berhasil ditemukan sang angin. Hingga aku dan ia menjalaninya dengan suka cita. Tetapi entah apa yang terkadang mengganggu, aku tak suka jika ada makhluk yang ingin mendapatkan kesejukan belaiannya selain kepadaku. Namun sketsa yang ia lukispun tak nampak jelas, apakah ia senang ketika banyak makhluk yang selau berusaha untuk memahat hatiku. Baru kusadari, terlalu sulit aku mengukir kisah bersama sang angin, aku hanya dapat merasakannya tanpa dapat menyentuh, melihat, dan membelainya.

28 maret 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun