Halo Sobat Kompasiana! Hari ini, mari kita bahas secara singkat mengenai Calcitonin atau biasa disingkat CT, yang merupakan asam amino yang digunakan sebagai petunjuk klinis untuk keganasan dari sel C tiroid. Kadar CT yang beragam ini biasanya disebabkan oleh kondisi setiap pasien yang diujikan. Teknologi ECLIA yang digunakan telah diketahui sebagai teknologi yang akurat dalam menentukan kadar CT dari setiap pasien berdasarkan sampel yang telah diambil.
Apa itu teknologi ECLIA?
ECLIA adalah teknik immunoassay yang secara kualitatif menentukan konsentrasi antibodi dalam darah individu dengan menggunakan reaksi elektrokimia untuk menghasilkan sinyal chemiluminescent yang diukur dengan alat analisa. Â Tes ECLIA yang tersedia saat ini adalah Elecsys oleh Roche yang mengukur antibodi total dalam darah.
Apakah setiap pasien yang diuji memiliki keganasan tiroid?
Nah, berdasarkan riwayat klinis dari setiap pasien, nyatanya tidak setiap pasien memiliki kondisi keganasan tiroid, namun hampir setiap pasien memiliki kadar CT yang tinggi. Beberapa pasien dengan penyakit akut lainnya dinyatakan juga memiliki kadar CT yang tinggi meskipun tidak memiliki penyakit tiroid. Bagaimana bisa?
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penyakit akut lainnya termasuk gagal ginjal kronis berperan dalam elevasi tingkat Calcitonin dengan cara membagi kelompok pasien berdasarkan laju filtrasi glomerulus mereka atau eGFR. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien dengan gagal ginjal kronis memiliki tingkat CT yang jauh lebih tinggi dibandingkan kontrol ketika diuji menggunakan tes pentagastrin (tes yang digunakan untuk meningkatkan hormon tertentu).
Simmons et al. mengatakan bahwa nyatanya ginjal memang memegang peran penting dalam metabolisme CT. Penyakit yang terjadi pada ginjal dapat menyebabkan peningkatan kadar serum imunoreaktif Calcitonin, sehingga itulah mengapa gagal ginjal akut dapat berrujung pada kenaikan kadar Calcitonin pada pasien.
Apakah ada faktor lain yang mempengaruhi kadar CT pada pasien dengan disfungsi ginjal?
Tentu saja ada! Ditemukan juga bahwa kadar CT pada pasien gagal ginjal akut dapat disebabkan juga karena kadar fosfat, kalsium, atau hormon paratiroid, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun Silva et al. menyatakan bahwa kadar kalsium berkorelasi secara terbalik dengan kadar CT bagi pasien, yang artinya semakin tinggi kalsium maka semakin rendah kadar CT, sedangkan semakin rendah kada kalsium maka semakin tinggi kadar CT. Oleh karena itu, sepertinya penting bagi pasien gagal ginjal, untuk mengonsumsi kalsium secukupnya untuk menjaga kadar Calcitonin mereka.
Nah, Sobat Kompasiana, dari topik ini hal terpenting yang patut dipetik adalah betapa pentingnya untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh kita. Tak disangka terrnyata satu penyakit dapat menyebabkan kerugian bagi anggota tubuh yang lainnya. Selain itu, kemajuan teknologi dunia juga harus diapresiasi. Tanpa teknologi ECLIA ini, maka kaitan antara fungsi ginjal dengan kadar hormon lainnya tidak akan diketahui secara akurat. Jadi, apakah kalian tertarik untuk menggali lebih dalam tentang topik ini?