Dalam kehidupan kita sehari-hari, pasti tidak akan lepas dari yang namanya sampah. Apa itu sampah?
Menurut EPA Waste Guidelines, sampah adalah benda-benda yang tidak terpakai, dibuang, dan tidak diinginkan (Mahyudin, 2014).
Meskipun terkesan tidak berharga, tapi tetap saja, persoalan tentang sampah tidak boleh disepelekan. Teman-teman pasti paham betul kalau sampah yang dibuang sembarangan atau tidak dikelola dengan baik tentunya akan mencemari lingkungan. Pencemaran lingkungan karena sampah ini nantinya dapat berdampak pada banyak hal lainnya. Contoh yang paling umum adalah menyebabkan bau yang tidak sedap menyeruak kemana-mana, kemudian dapat menyebabkan banjir apabila sampah-sampah yang dibuang sembarangan menyumbat saluran air, dan bisa juga mencemari air apabila sampah atau limbah dibuang sembarangan ke perairan.
"Banjir dikit nggak ngaruh, kok!"
Eits! Dampak yang ditimbulkan dari hobi membuang sampah sembarangan tidak sesepele itu, lho, Teman-teman. Bayangkan kalau lingkungan kita tercemar akibat hobi itu, bukannya tidak mungkin wabah penyakit akan terjadi di area yang terdampak. "Apa hubungannya sama banjir?" Yaps! Banjir yang disebabkan oleh penyumbatan aliran air akibat penumpukan sampah otomatis merupakan air yang sudah tercemar oleh sampah. Dalam sampah, terdapat banyak sekali bakteri dan kuman. Kalau air yang membawa bakteri-bakteri itu menggenang, sering, dan berlama-lama di lingkungan hidup manusia, wah, combo yang sempurna untuk menciptakan wabah seperti demam berdarah dan penyakit lainnya! Teman-teman tahu, kan, kalau nyamuk suka genangan air? Itu sebabnya banjir juga dapat menjadi media penyebab penyakit DBD.
"Wah, kalau ngeri begitu dampaknya, kenapa ada orang yang masih membuang sampah sembarangan, ya?"
"Sebenarnya banyak orang yang peduli akan masalah lingkungan. Tapi sayangnya tidak tercermin pada perilaku sehari-hari mereka." (Kaplan dalam Qurniawati, 2017).
"Tapi... Kenapa, ya, ada orang yang sulit sekali untuk membuang sampah pada tempatnya?"
Nah, kalau tadi sudah kenalan dengan sampahnya, sekarang kita kenalan dengan empat faktor psikologis yang melatarbelakangi perilaku membuang sampah.
- Yang pertama adalah keberadaan insentif. Insentif di sini maksudnya adalah manfaat atau reward yang didapatkan dari perilaku membuang sampah. Apabila masyarakat merasa jika membuang sampah pada tempatnya dapat memberikan mereka manfaat seperti terhindarnya mereka dari bencana banjir atau wabah penyakit, maka mereka akan membuang sampah pada tempatnya (tempat sampah). Reward atau ganjaran juga dapat menguatkan intensi atau keinginan seseorang dalam berperilaku (Pelton et al. dalam Qurniawati, 2017). Jadi, semakin orang mengetahui manfaat dari membuang sampah pada tempatnya, mendapatkan respon positif dari masyarakat, dan mendapatkan reward atas perilakunya, maka orang akan semakin menghindari perilaku membuang sampah sembarangan.
- Yang kedua adalah adanya motivasi internal (intrinsik). Kalau sebelumnya dibahas bahwa orang bisa terpacu karena reward, sekarang, orang bertindak karena adanya motivasi atau dorongan dari dalam diri tanpa mengharapkan imbalan. Menurut Motivation Crowding Theory (MCT), seseorang yang memiliki motivasi intrinsik yang tinggi dan tidak mengharapkan timbal balik dari luar dirinya akan berperilaku pro-lingkungan (Raghu & Rodrigues, Â 2020).
- Yang ketiga adalah pengetahuan tentang lingkungan hidup. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sedari kecil kita sudah dibekali dengan pengetahuan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Teman-teman juga pasti ingat kalau sedari kecil kita selalu disuguhi konten-konten dan quotes tentang "Jangan Buang Sampah Sembarangan!" atau "Buanglah Sampah Pada Tempatnya!" atau sejenisnya. Sebenarnya sedari kecil kesadaran kita untuk peduli lingkungan hidup sudah dipupuk. Wu et al. (2022) mengatakan bahwa memiliki pengetahuan tentang lingkungan hidup dapat membuat seseorang berperilaku pro-lingkungan secara tidak langsung.
- Yang keempat adalah lingkungan sosial. Jadi, meskipun internal diri kita sudah berpengetahuan, sadar, dan terdorong untuk membuang sampah pada tempatnya, lingkungan sosial juga ternyata dapat memengaruhi penerapannya. Sumaatmadja (dalam Muslim et al., 2021) mendefinisikan lingkungan sosial sebagai lingkungan yang terdiri dari kelompok manusia, seperti keluarga, lingkungan sekolah, dan sebagainya. Teman-teman pernah dengar, kan, kalau kita berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan ikut wangi? Nah, perilaku kita juga bisa dipengaruhi atau tertular dari lingkungan sekitar kita, lho! Kalau lingkungan sosial di sekitar kita adalah orang-orang yang membuang sampah pada tempatnya, hal itu akan menjadi norma dan secara tidak langsung, kita terpengaruh untuk mengikuti hal yang sama.
Nah, itu tadi adalah empat faktor yang dapat memengaruhi perilaku membuang sampah. Kesimpulannya, perilaku membuang sampah dapat dipengaruhi oleh diri kita sendiri (internal) dan juga lingkungan di sekitar kita (eksternal). Oleh sebab itu, penting untuk menyamakan persepsi diri sendiri dengan lingkungan sekitar untuk sama-sama membangun kebiasaan yang baik seperti membuang sampah pada tempatnya. Sebenarnya, masih ada banyak sekali faktor lainnya yang bisa teman-teman cari dan pelajari. Jangan bosan-bosan untuk belajar dan berbagi ilmu, ya! Dan... jangan lupa untuk buang sampah pada tempatnya!
"Sudah masuk tahun 2024, tapi buang sampah masih sembarangan? Hello... kemana aja kamu, Nak??? Ayo, jangan malas buang sampah ke tong sampah!"
Referensi
Mahyudin, R. P. (2014). Strategi pengelolaan sampah berkelanjutan. EnviroScience, 10(1), 33-40.
Muslim, Almegi, Alfiah, Akmal dan Amelia, H. R. (2021). Peranan lingkungan sosial terhadap pembentukan sikap peduli lingkungan peserta didik di MAS al-islam petala bumi. El-Jughrafiyah, 1(1).
Qurniawati, R. S. (2017). Pengaruh locus of control internal dan insentif terhadap perilaku mendaur ulang. Among Makarti, 9(2).
Raghu, S. J., & Rodrigues, L. L. (2020). Behavioral aspects of solid waste management: A systematic review. Journal of the Air & Waste Management Association, 70(12), 1268-1302.