Mohon tunggu...
Abdul Muis
Abdul Muis Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis, belajar otodidak dari internet tentang inovasi pembelajaran, aktif sebagai narasumber berbagi praktik baik, fasilitator PGP, Praktisi Menggajar, pendiri penerbit Klik Media dan Pustaka Mahameru, Abinya Nada dan Emil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membenci Sekadarnya, Mencintai Sekadarnya

20 Juli 2024   05:57 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musyawarah adalah cara terbaik menyelesaikan konflik (dok. pribadi)

Kebencian kita kepada pemimpin adalah bentuk protes kita bahwa apa yang dilakukannya selama ini salah, tidak sesuai aturan, tidak berada pada rel yang ditetapkan. Pemipin yang baik tentu dapat menerima ini, menerima kritik, saran, masukan, suara dari bawahan, karena pemimpin yang baik adalah mereka yang tidak egois, mendahulukan kepentingan khalayak daripada kepentingan dirinya sendiri.

Kecintaan kita kepada pemimpin adalah bentuk ketaatan karena kita adalah bagian dari rumah besar organisasi yang sedang dipimpinnya, bukan bagian dari antek apalagi kelompok-kelompok tertentu yang sengaja diciptakannya untuk mengamankan kekuasaan dan kepemimpinannya. 

Cintai sekdaranya, benci sekadarnya. Boleh jadi yang paling kita cinta kelak akan menjadi orang yang paling dibenci dalam hidup. Sebaliknya, orang yang kita benci boleh jadi kelak akan menjadi orang yang paling dicinta dalam hidup. Cintai dan ikuti pemimpin selayaknya seorang pemimpin, karena jabatan hanya titipan dan sementara. Bencilah pemimpin selayaknya makhluk yang masih memiliki idealisme, sekadarnya saja, karena itu adalah bukti bahwa diri ini masih ada dan peduli.

Bagaimana pemimpin di tempat kerja Anda saat ini? patut dicintai atau memang seharusnya dibenci?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun