Pendidikan Agama dan Pengendalian Emosi
Salah satu aspek penting dari pendidikan agama adalah pengajaran tentang pengendalian diri dan pengelolaan emosi. Ajaran agama sering kali menekankan pentingnya kesabaran, pengendalian amarah, dan penerimaan terhadap keadaan. Mahasiswa yang terpapar pada nilai-nilai ini cenderung lebih mampu mengelola stres dan tekanan yang mereka alami sehari-hari. Contohnya, dalam agama Buddha, ajaran tentang mindfulness atau kesadaran penuh dapat membantu mahasiswa untuk lebih sadar akan emosi mereka dan tidak terbawa oleh reaksi emosional yang berlebihan. Dengan berlatih mindfulness, mahasiswa dapat belajar untuk merespons situasi dengan lebih tenang dan bijaksana, alih-alih bereaksi secara impulsif. Â "Pendidikan agama yang menekankan pada pengendalian diri dan kesabaran sangat efektif dalam membantu mahasiswa mengelola emosi mereka, yang pada gilirannya memperkuat ketahanan diri mereka terhadap stres." (Kaur, 2019).
Membangun Ketahanan Melalui Nilai-Nilai Moral
Selain itu, pendidikan agama juga berperan dalam membentuk nilai-nilai moral yang kuat. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati yang diajarkan dalam agama dapat menjadi panduan bagi mahasiswa dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka. Dengan memiliki kompas moral yang kuat, mahasiswa dapat lebih mudah menghadapi tekanan sosial dan menjaga integritas mereka. Nilai-nilai moral ini juga penting dalam membangun ketahanan diri. Mahasiswa yang memiliki prinsip moral yang kuat akan lebih mampu menghadapi godaan untuk menyerah atau mengambil jalan pintas dalam menghadapi kesulitan. Mereka akan lebih termotivasi untuk terus berusaha dan tidak mudah putus asa, karena mereka memahami pentingnya bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini.
Agama sebagai Panduan dalam Pengambilan Keputusan
Mahasiswa sering kali dihadapkan pada berbagai pilihan yang sulit, baik dalam hal akademis maupun pribadi. Dalam situasi seperti ini, agama berperan sebagai panduan yang membantu mahasiswa dalam pengambilan keputusan yang bijak. Ajaran agama memberikan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pilihan dan menentukan tindakan yang paling sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. - "Prinsip-prinsip agama sering kali digunakan sebagai panduan dalam pengambilan keputusan yang bijaksana, terutama ketika individu dihadapkan pada pilihan yang sulit." (Ahmad, 2017).
Sebagai contoh, dalam Islam, konsep istikharah (doa memohon petunjuk kepada Tuhan) sering dilakukan ketika seseorang dihadapkan pada pilihan yang sulit. Praktik ini membantu mahasiswa untuk lebih tenang dan yakin dalam mengambil keputusan, karena mereka merasa telah menyerahkan urusan mereka kepada kehendak Tuhan. Sangat fatal ketika, justeru pengambilan keputusan yang dipilih adalah mengakhiri hidup alias bunuh diri.
Kontribusi Pendidikan Agama  dan Suasana Agamis
Di tengah modernitas dan sekularisasi yang semakin berkembang, pendidikan agama tetap relevan sebagai alat untuk mengelola emosi dan membangun ketahanan diri. Namun, pendidikan agama juga harus disesuaikan dengan konteks zaman dan kebutuhan mahasiswa saat ini. Pendekatan yang lebih inklusif dan dialogis dalam mengajarkan agama dapat membantu mahasiswa untuk lebih mudah menerima dan memahami ajaran-ajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya, dalam kurikulum pendidikan tinggi, mata pelajaran agama dapat dikemas dengan cara yang menarik dan relevan dengan isu-isu kontemporer yang dihadapi oleh mahasiswa. Diskusi tentang bagaimana nilai-nilai agama dapat diterapkan dalam mengatasi masalah-masalah seperti stres, depresi, dan kecemasan dapat membuat pendidikan agama lebih bermakna dan aplikatif bagi mahasiswa.
Mahasiswa berada pada usia mencari jati diri dan eksplorasi. Mereka senang bersosialisasi untuk menambah wawasan dan mempererat persaudaraan. Tuntunan agama Islam sangat jelas agar memberikan bantuan kepada orang lain sebagai rangkaian iman dan amal sholih.  Qur'an Surah Al-'Asr (103): 1-3 mengajarkan pentingnya waktu, iman, amal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran sebagai dasar nilai dan etika dalam kehidupan.  Artinya:"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk    kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-Ashr: 1-3).
Ayat-ayat tersebut menunjukkan bagaimana Al-Qur'an mengatur suasana yang kondusif agar nilai dan etika Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kontribusi keluarga dan sahabat terdekat sangat mendukung kemampuan  menjadikan agama sebagai panduan utama bagi umat Muslim dalam berperilaku.