Pelatihan merupakan kegiatan interaktif pembelajaran yang difasilitasi oleh widyaiswara. Segenap komponen yang terlibat diharapkan aktif berinteraksi dengan memanfaatkan media, alat, dan bahan. Pelatihan yang berhasil adalah pelatihan yang membangkitkan motivasi dan minat peserta. Ketika peserta telah bangkit, maka sangat mudah terjadi transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan. Pertanyaannya, apakah otomatis tujuan pelatihan tercapai? Untuk memastikan ketercapaian tujuan diperlukan kajian mendalam terhadap faktor lingkungan, kepemimpinan, manajemen, dan administrasi pelatihan.
Ternyata kesuksesan pelatihan tidak semata-mata ditentukan oleh apa saja yang ada dalam ruang pembelajaran. Faktor-faktor di luar kelas sangat menentukan keberhasilan. Dengan demikian, kerjasama dan kolaborasi segenap stakeholders pelatihan sangat penting karena keberhasilan pelatihan bukanlah hal yang sederhana untuk dapat diwujudkan.
Kegiatan terdiri atas paralel session, pemaparan makalah terpilih, dan expo lembaga pelatihan dan penelitian di lingkungan Balitbang Kemenag. Pada sesi paralel session menghadirkan keynote speaker Dr. Muhammad Taufiq, DEA (Plt Kepala Lembaga Administrasi Negara), Shim Yoon Sook (Presiden Saekyung University, Korea Selatan), dan Hasanuddin Ali ( Founder & CEO Alvara Research Center) yang dimoderatori oleh Prof. Dr. M. Arskal Salim GP, M.Ag. (Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI). Narasumber yang dihadirkan antara lain Ferro Ferizka (CEO & Co Founder, Pijar Foundation), Dr. Yunus Triyonggo, CAHRI (Chairman of Steering Committee Gerakan Nasional Indonesia Kompeten), Mark Heyward, Ph.D. (Inovasi for Indonesia's School Children Australia Indonesia Parthnership).
Selanjutnya, adalah pemaparan naskah terpilih yag sebagian besar adalah karya widyaswara. Diawali dengan pengiriman naskah dan pengumuman hasil seleksi naskah. Tema yang ditetapkan sangat sesuai dengan tujuan dan proses pelatihan "Impactfull & Joyfull Learning". Peserta diharapkan dapat menuangkan ide bagi kemaslahatan lembaga pelatihan dan segenap pihak yang terlibat.Â
Pelatihan yang berhasil adalah pelatihan yang memberikan implikasi besar kepada pengguna sebagai sasaran pelatihan. Hal ini sejalan dengan model evaluasi Kirkpatrick  yang terdiri atas 4 tahap yaitu 1) reaksi, 2) pembelajaran, 3) perilaku, dan 4) dampak (Kirkpatrick, 1998). Pada tahap 1, diperoleh informasi keberhasilan pelatihan berupa tanggapan dan reaksi peserta terhadap layanan widyaiswara dan panitia, termasuk konsumsi. Tujuan dari evaluasi tahap 1 ini adalah memberikan masukan kepada penyelenggara dan panitia mengenai  pelaksanaan pelatihan yang lebih baik di masa yang akan datang. Evaluasi pada tahap 2 adalah pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap ketercapaian tujuan pelatihan. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah mengukur perubahan kemampuan peserta pelatihan pada pre test dan post test.Â
Evaluasi tahap 3 bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan perilaku peserta pelatihan setelah kembali bertugas di tempat kerja. Untuk dapat mengaplikasikan perubahan perilaku tersebut, menurut Kirkpatrick, D., L. (1998) dalam Nurhayati (2018), terdapat empat kondisi yang diperlukan, yaitu: (1) seseorang harus mempunyai keinginan untuk berubah; (2) seseorang harus tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukan hal tersebut; (3) seseorang harus bekerja dalam lingkungan kerja yang tepat; dan (4) serta seseorang harus mendapatkan penghargaan karena dia berubah. Terakhir, evaluasi tahap 4 adalah dampak. Â
Dilakukan penilaian terhadap kebermanfaatan mengikuti pelatihan dan menerapkan apa saja yang diperoleh utuk terwujudnya  tujuan lembaga. Indikator keberhasilan berupa peningkatan kinerja alumni, efektivitas pekerjaan, peningkatan kualitas kerja, dan lain-lain. Dengan demikian, pelatihan  yang baik adalah pelatihan yang mendesain kegiatan sesuai dengan kebutuhan di lapangan sehingga hasil yang diperoleh benar-benar bermanfaat bagi alumni dan lembaga yang memberikan kontribusi peningkatan kualitas lembaga.
Dalam era kolaboratif dewasa ini, keberhasilan sangat didukung oleh peran berbagai pihak dalam sistem pelatihan. Proses pelatihan diawali dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiganya sebagai sebuah siklus yang memberikan  masukan kepada perencanaan berikutnya agar lebih baik. Diharapkab pelaksanaan pelatihan semakin baik seiring bertambahnya waktu.
Berikut beberapa naskah yang dipresentasikan:
Rancang Bangun Pembelajaran Model"Bendi.com" sebagai Alternatif Kegiatan Tatap Muka dalam Pelaksanaan Pelatihan  oleh Dr. Makmun Hidayat, M.Pd.
Mewujudkan Lembaga Pelatihan Hijau (Green Training Insitute) di BDK Makassar  (Praktik Baik dari Saekyung University Korea Selatan dalam Pengelolaan Lingkungan Kampus Ramah Lingkungan)  oleh H. Fachri Rahman, S.Si., M.Pd.