Tau KTP kan ? Itu lho Kartu Tanda Penduduk, kartu ini wajib dimiliki bagi Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki Izin Tinggal Tetap (ITAP) yang sudah berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin atau telah kawin. KTP merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh Indonesia.
Gw mau sedikit cerita tentang pengalaman membuat KTP yang akhirnya gak terbuat.
Begini ceritanya..
Gw awali dulu yaa.. Gw pria beristri satu, istri gw (sesuai KTP do’i) tercatat sebagai penduduk Palembang, Sumatera Selatan. Sementara gw (sesuai KTP juga) masih jadi warga Kota Cirebon, Jawa Barat. Pada bulan Februari yang lalu, karena Istri gw akan melahirkan pada awal bulan Maret (berdasarkan USG tapi kenyataannya pertengahan Maret), maka gw menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan administrasi kependudukan. Soal yang paling penting adalah gw gak mau anak gw disebut anak bodong cuma gara-gara gak ada akte kelahirannya. Hehehehehe..
Supaya gw gak diribetin untuk ngurus akte kelahiran, maka segala persyaratan yang berkaitan untuk mendapatkan akte kelahiran harus gw beresin. Asal tau aja, untuk membuat akte kelahiran salah satu persyaratannya adalah memiliki kartu keluarga alias KK (gak pake Slank) yang telah memuat nama anak gw.
Untuk membuat KK tersebut maka gw harus melepaskan status gw sebagai penduduk Kota Cirebon. Caranya? Ya gw harus bikin surat keterangan pindah dulu. Pertama, gw ke Ketua RT minta surat pengantar pindah, terus ke Ketua RW minta tandatangan dan dicatet dalam buku besar.
Setelah itu gw ke Kelurahan dan Kecamatan, dapet berkas-berkas. Berkas dari Kecamatan gw bawa ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cirebon. Dari Disdukcapil inilah gw dapetin Surat Keterangan Pindah WNI Antar Propinsi. Untuk dapetin surat keterangan ini gw mesti nunggu selama 2 (dua) hari. Oiya, saat ngurus surat keterangan pindah di Disdukcapil di daerah asal, tuh KTP yang gw pegang oleh petugas diminta dan harus diserahkan alias ditarik..!
Gw terusin ceritanya ya… Pada awal Maret, Surat keterangan pindah ini gw bawa ke Palembang untuk membuat KK baru. Untuk membuat KK baru ini gw harus mendatangi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Palembang dan menyerahkan surat keterangan pindah tadi. Dari sini gw dapet berkas-berkas lagi dan dibawa ke Kelurahan dengan dilengkapi fotocopy akta nikah, KK Istri gw (harus asli karena bakal diganti baru, kan nama istri gw bakal dicoret) beserta bukti pelunasan PBB. Di Kelurahan gw harus ngisi formulir yg udah disedian, tulis lalu tanda tangan. Karena gw gak mau repot (gaya banget nih) kesana kemari ngurus KK (inget, gak pake Slank) maka gw minta tolong petugas kelurahan untuk ngurus sampe jadi (biar tuh berkas jalan, gw kasi ongkos jalannya).
1 minggu kemudian. Petugas kelurahan datang ke rumah. Taraaaa..!! KK gw dan KK keluarga istri gw udah jadi. Yang punya gw isinya cuma 2 (dua), gw ama bini gw doang. Kalo KK yang punya keluarga istri gw isinya berkurang satu, nama istri gw dihapus.
Tanggal 20 Maret, Istri gw melahirkan seorang anak perempuan secara normal disebuah Rumah Sakit (RS) di Palembang. Alhamdulillah anak gw perempuan dan kami pun telah memberikannya nama. Selama 3 (tiga) hari Istri gw dirawat. Saat akan pulang kami mendapat surat keterangan lahir dari RS. Bentuk suratnya bagus, dicetak diatas glossy photo paper, berisi tentang keterangan kelahiran anak gw dan dipinggirnya ada foto istri gw lagi pelukin si bayi.
Beberapa hari setelah Istri dan bayi kami keluar dari RS, gw segera mengurus akte kelahiran anak di Disdukcapil Kota Palembang, graatiiiisss.. karena waktu ngurus akta kelahiran, anak gw usianya belum diatas 60 (enam puluh) hari. Setelah menunggu selama 2 (dua) minggu akhirnya anak gw mendapatkan akte kelahiran (horeeeee anak gw gak bodong, udah ada surat-suratnya). Gw harus bikin KK lagi, supaya nama anak gw masuk didalam KK.
Walaupun gw udah punya KK, anak gw juga udah punya akte kelahiran, tapi gw gak punya KTP (liat tulisan diatas sejarah gw gak punya KTP).
Karena gak punya KTP, pada akhir Maret gw mencoba mendatangi kantor kecamatan dan menceritakan bahwa gw pengen bikin KTP. Lalu si petugas menyarankan gw untuk datang lagi pada awal April, karena diawal April akan ada perekaman e-KTP bagi warga yang belum memenuhi undangan perekaman e-KTP di kecamatan tersebut. Lalu gw bilang bahwa pada bulan Desember 2011 gw sudah direkam untuk e- KTP di Cirebon. Si petugas bilang gak apa-apa direkam lagi.
Pada awal April, sesuai saran petugas kecamatan, gw dateng dengan membawa KK dan mendaftar untuk perekaman e-KTP. Saat tiba giliran gw akan direkam, gw bilang ke petugas yang akan merekam gw bahwa gw udah pernah direkam sewaktu di Cirebon. Si petugas rekam bilang gak apa-apa, direkam deh gw. Gw tanya ke petugas yang ngerekam, kira-kira kapan e-KTP ini jadi? Dijawab dengan ketus oleh do’i “Taun depan kali”. Lalu gw bilang “Lama amat ya, soalnya saya gak punya KTP nih”. Do’i malah nawarin gw bikin KTP sementara atau KTP tetap (kaya yg dulu gw punya), ada tarifnya, gw gak tau itu tarif sesuai perda atau gak. Akhirnya gw memilih untuk gak bikin KTP sementara maupun KTP tetap.
Beberapa hari yang lalu, Pak RT kasi kabar ke Istri gw bahwa gw kudu dateng ke kecamatan karena nama gw terdata di dua kota yang berbeda dan harus memilih salah satu untuk dihapus. Poinnya adalah “gw harus pilih salah satu untuk dihapus”.