Mohon tunggu...
monica cicilia
monica cicilia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewaspadai Pedofil Versi Orang Tua, Cek Ponsel Anak

22 Maret 2018   15:13 Diperbarui: 22 Maret 2018   15:39 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus kejahatan seksual anak atau pedofil yang terjadi di Jambi baru-baru ini masih menyita perhatian publik. Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jambi, Ajun Komisaris Besar Kuswahyudi Tresnadi dalam CNNIndonesia ,pelaku pedofil melancarkan aksinya dengan membuat akun palsu sebagai perempuan dan merayu korbannya untuk mengirim video dan gambar telanjang. Jika tidak mau, pelaku akan mengancam dengan menyebarluaskan video dan gambar anak tersebut di media sosial.

Menyikapi fenomena ini,  Mira Amir sebagai seorang psikolog menghimbau agar para orangtua lebih mengawasi anaknya dalam penggunaan dan membatasi pemakaian ponsel. Alur yang biasanya terjadi adalah pelaku mengirim chat biasa, lalu video call dan meminta target melakukan pa yang diminta pelaku. Tinggal menunggu waktu sampai kapan video atau foto itu akan tersebar luas di sosial media.

Terkait kasus pedofil di Jambi, terdapat kecurigan adanya motif ekonomi , bukan hanya sekadar motif kepuasan diri karena yang ia dapat adalah visual korban. Video maupun foto tersebut nantinya akan di perjualbelikan, bahkan bisa sampai ke jaringan internasional dan oknum hanya sebagai penyedia saja. Mira melihat bahwa kebanyakan pelaku pedofil pernah mendapat perlakuan serupa dan menjadi trauma sehingga melakukan balas dendam agar semua orang merasakan perlakuan serupa.

Memasuki fase remaja, anak-anak ingin lebih tahu akan perkembangan tubuhnya, mulai mencari tahu dengan membuat video atau gamabr terkait tubuhnya. Memang dibuat hanya untuk lucu-lucuan atau konsumsi pribadi. Namun ketik tersebar luas, mereka tidak menyadari akan dampaknya.

Bagi mereka yang menjadi korban, orangtua perlu memberikan perhatian khusus karena rasa takut dan trauma yang diperoleh sedari kecil dapat terbawa sampai ia dewasa. Jika tidak diperhatikan atau ditunda-tunda akan semakin sulit untuk menemukan cara penanganannya. 

Diharapkan orangtua tidak mendorong anak terlalu keras. Anak akan terbuka jika mereka merasa nyaman diperlakukan secara semestinya. jika terlalu didorong maka ia akan segan untuk berbicara. Keluarga harus sabar menunggu anaknya sampai terbuka. Sembari menunggu, orangtua bisa menawarkan bantuan kepada anak dalam hal pembatasan penggunaan ponsel, situs, atau bantuan lainnya jika diperlukan.

foto-pedofil-5ab36a1bbde575561f4f6bc2.jpg
foto-pedofil-5ab36a1bbde575561f4f6bc2.jpg
Untuk orangtua yang memiliki anak yang kecanduan bermain gadget,orangtua bisa mencoba mengalihkannya ke kegiatan fisik lainnya seperti olahraga dan temani mereka dalam aktivitasnya. Untuk jam malam, orangtua di sarankan mengontrol penggunaan gadget pada anak seperti pemberlakuan jam malam agar semakin mudah dalam mengawasi anaknya. 

Bisanya diatas jam 10 malam anak menjadi susah untuk mengatur diri atau fokus. Terlebih sekarang guru di sekolah memanfaatkan media sosial dalam mengirim tugas kepada murid-muridnya. hal inilah yang membuat mereka harus memegang ponsel dan kontrol diri bisa semakin lemah.

Peran aparat kepolisian juga sangat diperlukan dalam menjelaskan pada anak bahwa mereka akan selalu ada dalam kondisi aman jika mau bercerita tentang apa yang dialami dan siapa pelakunya. Dalam beberapa kasus, anak merasa takut untuk melapor karena merasa tidak aman dan masih banyak pelaku serupa berkeliaran. 

Rasa aman sangat efektif dalam meredakan rasa takut anak. Intinya, perlu dibangun rasa percaya antara anak sebagai korban, orangtua dan kerabat serta aparat kepolisian sehingga anak mau bercerita tentang kondisi yang ia alami serta bersinergi mencegah dan memberi pelajaran terhadap pelaku kejahatan seksual kepada anak agar jera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun